News

Wapres Ma'ruf: Contoh Berpikir Sempit Adalah Tidak Percaya Covid-19 atau Percaya Teori Konspirasi

 Wapres Ma'ruf: Contoh Berpikir Sempit Adalah Tidak Percaya Covid-19 atau Percaya Teori Konspirasi
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan kata sambutan dalam acara penutupan Musyawarah Nasional MUI ke-10 Tahun 2020 di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (27/11/2020). (AKURAT.CO/Sopian)

AKURAT.CO, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menilai,orang-orang yang tidak percaya dengan adanya wabah Covid-19 tengah melanda berbagai negara di belahan dunia adaah contoh merekada memiliki sudut pandang dan car berfikir sempit, hal ini juga terajadi pada mereka yang mempercayai sejumah teori konspirasi di balik penyebaran pademi global itu.

Hal ini disampaikan Ma'ruf ketika memberi contoh dalam pidatonya Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-65 Universitas Ibnu Chaldun Jakarta dan membuka Seminar Internasional dengan tema "Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid" melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jalan, Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021).

"Contoh sederhana cara berpikir sempit adalah tidak percaya bahwa Covid-19 adalah nyata, atau percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," kata Ma'ruf.

Menurut mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, berfikir sempit adalah pokok utama yang menghambat perkembangan peradaban. Dia mengatakan, membuka diri terhadap perubahan yang terjadi begitu pesat sekarang ini justru membantu perkembangan sebuah peradaban. Untuk itu dia meminta umat Islam tidak ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini sehingga dapat mengganggu perkembangan peradaban Islam.

baca juga:

"Saya memandang bahwa salah satu hambatan dalam perkembangan peradaban saat ini antara lain adalah cara berpikir sempit dan tidak terbuka terhadap perubahan," tuturnya.

Cara berpikir sempit itu, lanjutnya, juga merupakan salah satu penyebab munculnya sifat egoistik, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog.

Dia melanjutkan, cara berpikir sempit juga menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam saat ini.

"Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk muslim masih tergolong under developed country dan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya," ujarnya.

Oleh sebab itu, Wapres berharap umat Islam dapat kembali melestarikan cara berpikir (manhaj al-fikr) yang bisa menjadi sumber terbentuknya peradaban Islam sebagaimana terjadi di era keemasannya yakni cara berpikir wasathy yang moderat dan dinamis.

"Bagi saya, cara berpikir yang moderat dan dinamis tersebut mengandung arti bahwa kita tidak bisa hanya memahami secara tekstual atau statis pada teks semata-mata (al jumuud 'ala almanqulaat) serta menolak perkembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi kita juga tidak bisa menyerahkan sepenuhnya pada perkembangan ilmu pengetahuan dan mengabaikan motivasi agama (ruh diniyah) dalam memandang dan menyikapi setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan keseharian," paparnya.