
AKURAT.CO Saat menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadan, sahur merupakan kebiasaan yang paling tepat untuk menjaga kebugaran agar tetap sehat dan kuat dengan berpuasa selama sehari. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan sahur agar setiap muslim tetap kuat melakukan aktivitas saat berpuasa.
Tidur Setelah Sahur
Namun, ada aktivitas yang tidak menyehatkan tubuh dan biasa dilakukan orang setelah menjalani salah satu puasa, yaitu tidur setelah sahur. Tidur setelah sahur adalah aktivitas yang sangat digemari. baik orang tua maupun remaja. Normalnya, tubuh membutuhkan waktu setidaknya dua jam untuk mencerna makanan yang dimakannya, sehingga perut akan kosong. Selain itu, sisa makanan berpindah ke usus untuk dipadatkan menjadi feses (kotoran).
Oleh Karena itu Tidur setelah sahur dapat memperlambat proses pencernaan, makanan akan terlalu lama berada di dalam perut, yang dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Maka bagi yang sahur hendaknya menghindari kebiasaan ini agar kesehatan tubuh tetap terjaga dan tidak ada bahaya puasa di bulan Ramadan.
baca juga:
Dalam Islam tidak dianjurkan langsung tidur setelah makan sahur dan salat. Karena jika kita tidur setelah makan sahur atau salat subuh maka akan ada bahaya atau resikonya. Bahkan sebagian ulama telah memutuskan bahwa itu makruh (jika tidak ada alasan atau keharusan). Apalagi setelah subuh adalah waktu dimana berkah dan keberuntungan berjatuhan. Jika Anda tidur, Anda tidak akan menerima berkat ini.
Bahkan secara medis, tidur setelah subuh dan setelah sahur tidaklah sehat karena pada saat itulah tubuh mulai melakukan metabolisme dan panas. Kalau tertidur lagi, itu seperti mobil yang tidak melakukan pemanasan. Saat Anda bangun jam 7.00 atau 8.00 pagi, Anda masih merasa lemas dan kurang semangat.
Maka dari itu, Sistem pencernaan membutuhkan setidaknya 2 jam untuk mengolah makanan hingga menjadi sari makanan. Proses pencernaan ini membutuhkan suplai darah yang besar. Karena inilah mengapa kita tidak boleh melakukan tidur setelah makan sahur.
Dalam kitab karya Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syatiri mengatakan tidur setelah sahur itu sangat berbahaya untuk tubuh kita juga akan menimbulkan penyakit pada perut. Di dalam kitabnya mengatakan: “Faidah: tidak seharusnya seseorang tidur setelah sahur. Sungguh, para dokter telah sepakat bahwa hal tersebut (tidur setelah sahur) bisa menimbulkan penyakit perut, yaitu penyakit yang bisa menyebabkan keluarnya makanan dari dalam perut di siang hari.” (Habib Salim asy-Syatiri, al-Fawaid asy-Syathiriyah min an-Nafahat al-Haramiyah,).
Syekh Abdul Hamid Mahmud, salah seorang ulama terkemuka Hanafi, juga berpendapat bahwa tidur setelah sahur juga tidak baik untuk perut. Selain itu beliau juga berpesan untuk memperbanyak ibadah dan ibadah di waktu-waktu ini karena jam subuh merupakan jam yang sangat mulia. Dalam kitabnya disebutkan: “Tidak seharusnya seseorang tidur setelah sahur, karena hal itu bisa menyebabkan mulas dalam perut dan mengganggu pencernaan makanan. Bahkan, sebaiknya seseorang menggunakan waktu ini (sahur) untuk beribadah dan beristighfar, karena waktu ini termasuk paling utamanya waktu dalam satu hari untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya.” (Syekh Abdul Hamid, al-Fiqhu al-Hanafi,)
Secara umum, beberapa uraian di atas tidak hanya menjelaskan bahaya tidur setelah sahur di bulan Ramadan, tetapi juga menjelaskan lebih lanjut bahaya tidur setelah makan, baik di bulan Ramadan maupun tidak. Tidur setelah makan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, terutama lambung atau perut. Karena pada saat itu makanan yang dicerna belum tercerna dengan sempurna.
Oleh karena itu, orang yang ingin berpuasa dianjurkan untuk menyelesaikan sahur sampai mendekati waktu shalat Subuh, seperti yang dilakukan Nabi. Sebagaimana, jarak antara sahur Nabi Muhammad SAW dengan waktu shalatnya sama dengan membaca 50 ayat Al-Quran. Dalam riwayat Zaid bin Tsabit, Nabi Muhammad saw bersabda:
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِىِّ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاةِ، قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
Artinya: “Kami (Zaid bin Tsabit) sahur bersama nabi, kemudian ia beranjak untuk shalat. Kemudian aku (Anas bin Malik) bertanya (kepada Zaid): Berapa lama jarak antara azan dan sahur? Zaid menjawab: Seukuran (mambaca) lima puluh ayat,” (HR Anas bin Malik).[]