
AKURAT.CO Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali menilai, dunia masih dihadapi dengan berbagai macam tantangan pada tahun 2023, salah satunya adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat digdaya di hadapan mata uang dunia.
Menurut dia, jika mata uang dolar AS hanya menguat kepada mata uang Indonesia, dapat dikatakan ada yang salah. Artinya, Rupiah semakin terpuruk karena tidak punya fundamental ekonomi yang memadai.
"Jadi wajar saja seperti bangunan yang berdiri di atas pasir sehingga begitu datang badai kemudian kita tersungkur semuanya," Ujar Rhenald dalam akun YouTube-nya dikutip Minggu (1/1/2023).
baca juga:
Rhenald mengatakan, penguatan tersebut bukan hanya terjadi pada Rupiah saja melainkan juga terjadi pada negara yang memiliki fundamental kuat seperti Eropa maupun Jepang.
"Jadi dolar menguat begitu besar terhadap mata uang lainya, sebut saja sejak bulan Mei 2021 sampai dengan November 2022 mata uang euro merosot sampai sekitar 19 persen, dan mata uang poundsterling merosot 20 persen, Jepang lebih dalam lagi 25 persen, mata uang kita sepanjang tahun 2022 merosot sekitar 9-10 persen jadi lumayan luar biasa dampaknya ini," ujarnya.
Berdasarkan beberapa studi menemukan bahwa setiap kali merosot sekitar 10 persen mata uang suatu negara maka dapat memicu inflasi sekitar 1 persen. Kalau dilihat lebih jauh inflasi di Indonesia sekitar 4,5 persen masih lebih baik jika dibandingkan dengan inflasi negara lain.
Rhenald menjelaskan alasan terkait kuatnya mata uang Amerika Serikat tersebut. Karena pada bulan Juni lalu Amerika mengalami penderitaan yang luar biasa dengan inflasi di atas 9 persen dan membuat bank federal AS The Fed mengambil langkah meningkatkan suku bunga.
"Itu adalah obatnya, The Fed akan meningkatkan suku bunga menjadi 5,1 persen dan baru turun pada tahun berikutnya 4,1 persen tahun berikutnya lagi menjadi 3,1 persen jadi secara bertahap mereka juga akan mengumumkan penurunan, hanya saja ketika mata uang mereka meningkat maka yang terjadi adalah betapa nikmatnya masyarakat di Amerika Serikat karena mereka bisa mengkombine inflasi dengan membeli barang-barang dari seluruh dunia dengan harga yang lebih murah," ungkapnya. []