Begini Cara Menyikapi Musibah Menurut Al-Qur’an
Tafsir Al-Qur'an

Membaca Al-Qur'an | flickr.com
AKURAT.CO, Dalam ajaran Islam, musibah atau bencana merupakan suatu hal yang bersifat sunatullah, apalagi bagi orang-orang mukmin itu menjadi sebuah kepastian atau keniscayaan sebagai bentuk ukuran dan penilaian terhadap kualitas imannya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Ankabut ayat 1-3, yakni sebagai berikut.
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
baca juga:
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِين
A ḥasiban-nāsu ay yutrakū ay yaqụlū āmannā wa hum lā yuftanụn. Wa laqad fatannallażīna ming qablihim fa laya'lamannallāhullażīna ṣadaqụ walaya'lamannal-kāżibīn
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?.Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
Mengenai musibah sendiri, itu bisa terjadi dalam bentuk yang bermacam-macam, misalnya berupa kelaparan, rasa takut, dan lain sebagainya. Misalnya Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 155, yakni:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ'i wa naqṣim minal-amwāli wal-anfusi waṡ-ṡamarāt, wa basysyiriṣ-ṣābirīn
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Dalam hal ini, sebagian manusia akan memandang bahwa segala hal yang menimpa buruk yang tidak sesuai dengan keinginannya maka itu disebut sebagai musibah, sementara hal-hal yang menyenangkan itu akan dipandang sebagai nikmat.