Tafsir Surah Al-Hujurat Ayat 11: Larangan Membully dalam Islam
Tafsir Al-Qur'an

Kyai Tubagus Muhammad Tamyiz menunjukkan Al Quran mini bertinta emas di Masjid Jami Daarussalaam, Pasir Jambu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/5/2019). Al Quran mini dengan ukuran 10 mm x 10 mm tersebut seluruh aksaranya ditulis tangan menggunakan tinta emas serta ditulis di atas lembaran kulit kayu, dan merupakan barang bersejarah peninggalan Pangeran Wijaya Kusuma salah satu pahlawan yang berjuang pada zaman kolonial Belanda. | ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya
AKURAT.CO, Media sosial dapat diakses dan digunakan oleh siapa saja, tanpa batas umur, dari mulai anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Mereka bebas berekspresi di media sosial untuk mengungkapkan apapun selagi tidak bertentangan dengan UU IT.
Namun demikian, semakin canggih teknologi semakin canggih pula sikap dan tindakan manusia. Pengaruh negatif dari modernisasi harus diakui bukan hanya berdampak pada kultur atau budaya, tetapi juga perilaku moral masyarakat.
Salah satu yang kini tengah marak terjadi ialah cyberbullying. Kata ini merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut segala bentuk kekerasan yang dialami korbannya dan dilakukan oleh teman-temannya di dunia maya.
baca juga:
Al-Qur'an memberikan pesan larangan terhadap sikap membully. Dalam QS. Al-Hujurat ayat 11 Allah berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ lā yaskhar qaumum ming qaumin 'asā ay yakụnụ khairam min-hum wa lā nisā`um min nisā`in 'asā ay yakunna khairam min-hunn, wa lā talmizū anfusakum wa lā tanābazụ bil-alqāb, bi`sa lismul-fusụqu ba'dal-īmān, wa mal lam yatub fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim."
Menurut Tafsir Al-Maraghi, ayat ini turun berkenaan dengan teguran atas ejekan yang dilakukan oleh Bani Tamim kepada para sahabat Rasul yang miskin. Mereka ditegur agar tidak melakukan bully hanya karena kemiskinan.
Larangan membully tentu saja sangat tepat. Sebab jika kita lihat, mem-bully bukan hanya menimbulkan perasaan malu bagi korbannya, namun juga terselip perasaan bahwa kita yang membully ini lebih baik dari padanya.
Nadirsyah Hosen juga menyatakan dalam mem-bully, seseorang tidak lagi fokus pada pemikiran, gagasan atau kebijakan, akan tetapi menyerang kehormatan pribadi dan nama baik orang lain yang hendak dipermalukan karakternya.
Sikap demikian tidak disukai oleh agama dan sangat dikecam. Semoga Allah menghindarkan kita dari sikap-sikap buruk bullying.[]