Kisah Hatib bin Balta'ah, Sahabat Nabi yang Berkhianat Saat Fathu Makkah

Ilustrasi Hatib bin Bata'ah | pinterest.com
AKURAT.CO, Rasulullah saw memiliki banyak sahabat yang berbeda latar belakang, keadaan sosial, watak, dan lain sebagainya. Sahabat bernama Hatib bin Balta'ah adalah seseorang yang dekat dengan Nabi, yang pengalamannya bisa kita ambil hikmah.
Hatib bin Balta'ah merupakan sahabat Nabi yang ikut hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia juga menjadi mujahid dalam beberapa peperangan melawan kaum kafir salah satunya Perang Badar.
Sama seperti sahabat yang lain, Hatib meninggalkan sejumlah harta dan keluarga yang ada di Makkah saat peristiwa hijrah.
baca juga:
Kemudian, ketika kota Makkah dikuasai oleh kaum Quraisy, Rasulullah berencana untuk menaklukan kembali kota suci tersebut. Penaklukan kembali kota Makkah ini dikenal dengan peristiwa fathu Makkah.
Rasulullah yang kala itu berada di Madinah sudah bersiap untuk menyerang kota Makkah karena kaum kafir telah melanggar perjanjian Hudaibiyah.
Hatib yang mengetahui rencana Rasulullah tersebut kemudian memiliki niat buruk. Ia menulis sepucuk surat yang ditujukan kepada orang-orang Makkah, yang dimaksudkan untuk membocorkan strategi penyerangan Rasulullah saw.
Hatib ketika itu mengutus seorang perempuan untuk membawa surat yang ditulisnya ke Makkah.
Akan tetapi, Rasulullah saw mengetahui apa yang dilakukan Hatib berkat malaikat Jibril. Sahabat Ali bin Abi Thalib, Umar bin al-Khattab, Ammar bin Yassir, Thalhah dan yang lainnya kemudian diutus Rasulullah untuk mencegat perempuan pembawa surat itu.
Para sahabat pun langsung bergegas dan mengejar perempuan yang dimaksud. Ketika mereka berhasil menyusul perempuan itu di tengah jalan menuju Makkah, Ali bin Abi Thalib meminta surat yang dibawanya.
Meski semula menolak, perempuan itu akhirnya menyerahkan surat yang ditulis Hatib.
Betapa terkejutnya Ali dan sahabat lainnya ketika membaca surat Hatib yang berisi tentang bocoran penyerangan kota Makkah oleh Rasulullah saw. Para sahabat yang marah menilai bahwa Hatib telah berkhianat dan melaporkannya kepada Nabi Muhammad saw.
Saat sampai di hadapan Rasulullah, Hatib langsung disidang atas apa yang ia perbuat. Dengan nada sedikit marah, Rasulullah menanyakan maksud Hatib menulis surat tersebut.
Hatib berkata, "Wahai Rasul, kaum muhajirin yang ada di Makkah memiliki orang-orang yang melindungi keluarganya, sementara aku tidak. Aku bermaksud meminta tolong kepada mereka supaya tidak mengganggu keluargaku!”
Mendengar penjelasan Hatib, Rasulullah dapat menerimanya, tetapi para sahabat masih keberatan. Para sahabat tetap menganggap Hatib seorang pengkhianat yang berusaha menggembosi rencana Rasulullah saw.
Dengan bijaknya, Rasulullah menjelaskan bahwa Hatib termasuk sahabat yang ikut perang Badar dan sudah dipastikan memperoleh keistimewaan. Rasulullah mengutip ayat dalam Al-Qur'an tentang para syuhada yang berjuang ketika perang Badar, "Lakukanlah apa yang kamu suka. Aku telah mengampunimu."
Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya, kisah Hatib ini memberi pelajaran kepada kita bahwa sedekat apa pun seseorang dengan Rasulullah, ia tetap manusia biasa yang bisa terjerumus ke dalam suatu kesalahan.
Selain itu, kisah ini juga memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam memutuskan suatu masalah harus dengan bijak, tidak dengan emosi sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw.
Wallahu a'lam. []