
AKURAT.CO Qana’ah dalam arti bahasa berarti cukup. Cukup yang dimaksud adalah merasa puas dengan pemberian Allah, puas dari hasil apa yang telah diusahakan, puas dengan yang kita miliki sekarang, Qana'ah dapat menjauhkan dari sifat iri hati ketika melihat apa yang orang lain punya atau apa yang orang lain capai.
Zaman sekarang, dengan kehadiran media sosial membuat orang-orang dapat dengan mudah membagikan kegiatan yang mereka sedang kerjakan, membagikan kisah keberhasilan mereka dalam merintis sesuatu, serta membagikan harta dan kekayaan yang mereka miliki. Dengan seringnya melihat hal seperti itu kadang membuat kita iri dengan apa yang Allah berikan kepada mereka, lalu membandingkan dengan apa yang telah kita punya, apa yang telah kita capai.
Qana’ah sebagai Anti Iri Hati
baca juga:
Memiliki sifat Qana’ah akan membuat hati lebih tenang karena kita tidak akan fokus dengan apa yang orang lain peroleh, kita akan fokus bersyukur dengan pemberian Allah. Ketika sibuk melihat pemberian Allah kepada orang lain tentunya akan sangat menyiksa hati, membuat tidak tenang sehingga hari-hari akan terisi dengan perasaan sedih dan murung, mempertanyakan mengapa Allah tidak memberikan seperti apa yang ia berikan kepada orang lain.
Padahal perlu kita ketahui bahwa Allah telah menjamin rezeki manusia seperti yang Allah SWT katakan dalam surah Hud ayat 6 :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ .كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِي
Artinya: ”Tiada sesuatu yang melata di bumi melainkan ditangan Allah rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya ,Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”
Dalam tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, karya Al-Imam Asy-Syaukani menjelaskan ketika Allah tidak lupa terhadap binatang mengenai rezekinya berupa makanan layak yang berbagai macam jenisnya, sebagai bentuk karunia dan kemurahan Allah. Maka bagaimana mungkin Allah akan lalai dan lupa terhadap urusan manusia yang derajatnya lebih tinggi daripada hewan.
Maka dengan ayat di atas menjelaskan bahwa mestinya kita tidak perlu mengurusi rezeki orang lain, Allah sudah mengurusnya dengan sempurna, tidak perlu lagi kita bertanya,”Mengapa Allah memberikan dia ini itu padahal dia banyak melakukan perbuatan tercela”. Hal tersebut adalah urusan Allah dan kita tidak berhak mencampuri urusan tersebut.
Beruntungnya Orang yang Memiliki Sifat Qana’ah
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ, ورُزِقَ كَفَافًا, وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya” (HR.Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).
Bagaimana mungkin orang yang memiliki sifat Qana’ah tidak beruntung, ia selalu mensyukuri pemberian Allah sehingga dalam hatinya merasa bahagia, tenang, dan tentram. Dengan sifat Qanaah, maka diri kita dapat merasa nyaman di tengah masyarakat.
Marilah berusaha dan berdoa kepada Allah SWT agar diberikan karunia sifat Qana’ah, tidak berambisi untuk mengumpulkan kekayaan dunia karena iri melihat harta orang lain, karena sejatinya kekayaan itu bukan banyak harta seperti yang yang Rasulullah sampaikan.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Nabi Muhammad SAW. Bersabda,”bukanlah kekayaan itu karena banyak harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Wallahu A’lam.[]