
AKURAT.CO Pemimpin Kremlin Vladimir Putin telah mengakui bahwa saat ini, ancaman perang nuklir sedang meningkat. Namun, Putin juga menegaskan bahwa negaranya 'tidak gila', dan Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu.
Sebagaimana diwartakan BBC, Putin telah bersikeras, mengatakan bahwa Moskow hanya menggunakan senjata pemusnah massal sebagai tanggapan atas serangan.
Berbicara pada Rabu (7/12) di pertemuan dewan hak asasi manusia tahunan Rusia, Putin juga mengatakan bahwa perang di Ukraina bisa menjadi 'proses yang panjang'.
baca juga:
Para pejabat Barat percaya bahwa presiden Rusia itu pada awalnya merencanakan kemenangan cepat. Namun, ternyata setelah menginjak 10 bulan sejak menyerang Ukraina, Rusia belum mencapai targetnya.
Bagaimanapun di balik alasan Rusia untuk menyerang Ukraina, kapasitas negara itu untuk menggunakan senjata nuklir telah menuai pengawasan yang meningkat sejak invansi diluncurkan pada Februari 2022.
Di sisi lain, Putin pun kini mengatakan bahwa ancaman perang nuklir bisa berkembang di depan mata.
"Ancaman seperti itu berkembang, akan salah jika menyembunyikannya," kata Putin memberi peringatan saat berbicara tentang prospek perang nuklir melalui tautan video dari Moskow.
Kendati demikian, Putin juga menegaskan bahwa Rusia dalam keadaan apa pun tidak akan menggunakan senjata terlebih dahulu, dan tidak akan mengancam siapa pun dengan persenjataan nuklirnya.
"Kami tidak gila, kami menyadari apa itu senjata nuklir.
"Kami tidak akan berkeliling dunia mengacungkan senjata ini seperti pisau cukur," tambahnya.
Putin juga membual bahwa Rusia memiliki senjata nuklir paling modern dan canggih di dunia, dan membandingkan strategi nuklirnya dengan AS - yang katanya telah melangkah lebih jauh dari Rusia dengan menempatkan senjata nuklirnya di wilayah lain.
"Kami tidak memiliki senjata nuklir, termasuk yang taktis, di wilayah negara lain, tetapi Amerika memilikinya - di Turki, dan di sejumlah negara Eropa lainnya," katanya.
Sebelumnya, Putin telah bersikeras bahwa doktrin nuklir Rusia adalah hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir untuk pertahanan.
Kiamat

Putin pun tampaknya menyadari bahwa rencananya untuk mengeklaim kemenangan dalam beberapa hari setelah menginvasi Ukraina telah gagal. Ia lantas mengakui bahwa perang Ukraina bisa menjadi 'proses yang panjang'.
Namun, Putin mengatakan hasil invansinya 'sudah signifikan', memberi contoh tentang beberapa teritori baru yang berhasil diklaim Rusia secara ilegal, dengan referendum palsu di empat wilayah Ukraina.
Dia juga membual bahwa aneksasi-aneksasi tersebut telah menjadikan Laut Azov sebagai 'laut pedalaman' Rusia.
Laut Azov berbatasan dengan Ukraina tenggara dan Rusia barat daya.
Putin menambahkan bahwa pencapaiannya itu adalah aspirasi Peter atau Pyotr yang Agung, Tsar Rusia terakhir dan Kaisar Rusia pertama. Ia kemudian membandingkan dirinya dengan Tsar tersebut, yang menjadi penguasa pada abad ke-17 dan ke-18.
Namun, meski telah mengeklaim Kherson, Zaporizhzhia, Luhansk, dan Donetsk sebagai wilayah baru Rusia, Moskow tidak sepenuhnya mengontrol wilayah-wilayah tersebut.
Bulan lalu, pasukan Rusia terpaksa mundur dari kota Kherson, satu-satunya ibu kota regional yang mereka rebut sejak invasi.
Kemunduran di garis depan telah menyebabkan Rusia menargetkan jaringan listrik Ukrainam dengan meluncurkan serangan udara besar-besaran di seluruh negeri.
Serangan udara Rusia kemudian memicu kerusakan luas pada infrastruktur energi Ukraina, menyebabkan jutaan orang hidup tanpa pemanas dan listrik selama berjam-jam, atau bahkan berhari-hari, dengan suhu turun di bawah nol.
Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko memperingatkan bahwa ibu kota Ukraina, yang sangat terpengaruh oleh pemadaman listrik, dapat menghadapi 'kiamat'.
"Kyiv mungkin kehilangan listrik, air, dan pasokan panas. Kiamat mungkin terjadi, seperti di film-film Hollywood, ketika tidak mungkin tinggal di rumah karena suhu rendah," kata Klitschko kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Meskipun tempat penampungan berpemanas telah didirikan di kota, Klitschko mengakui stok tidak cukup untuk semua penduduk, dan orang-orang harus bersiap untuk mengungsi jika situasinya memburuk.
Sementara itu, di Rusia, potensi kritik terhadap invasi Putin telah dihalangi di hadapan dewan hak asasi manusia.
Menjelang pertemuan hari Rabu, 10 anggota dewan yang menyatakan keraguan tentang perang berhasil disingkirkan. Sebagai gantinya, pengganti pro-perang dibawa masuk ke dewan.
Subyek yang akan dibahas selama pertemuan juga menghadapi pemeriksaan ketat sebelumnya, menurut kantor berita independen Rusia Verstka.
Dalam beberapa pekan terakhir, doktrin nuklir Rusia menuai sorotan tajam tentang kapan senjata nuklir akan digunakan, khususnya senjata 'taktis' yang mungkin dilepaskan di medan perang di Ukraina.
Senjata nuklir taktis, biasanya berkali-kali lebih besar dari bom konvensional, dan digunakan dalam pertempuran. Senjata ini, yang kadang-kadang disebut nuklir kecil, berlawanan dengan senjata 'strategis' yang lebih besar yang dirancang untuk menyebabkan kehancuran besar-besaran.[]