
AKURAT.CO Koalisi Partai Gerindra dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nampaknya solid untuk tidak solid. Figur Prabowo Subianto terlalu kuat bersanding dengan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Sementara PKB mematok syarat berkoalisi minimal agar Cak Imin digandeng menjadi cawapres. Keduanya bukan pinang dibelah dua.
Prabowo yang langganan masuk bursa capres dengan elektabilitas tinggi tentu harus berpikir matang untuk menetapkan siapa cawapresnya. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, yang menyebut apabila Cak Imin layak jadi cawapres maka sudah sejak lama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) deklarasi.
baca juga:
"Memang untuk saat ini yang masih difavoritkan adalah Prabowo dan Gerindra," kata peneliti politik BRIN, Wasisto Raharjo Jati, di Jakarta, Sabtu (18/3/2023).
Timpangnya figur Prabowo dengan Cak Imin dapat dilihat dari banyak hal. Dalam urusan koalisi pemerintahan figur Cak Imin seolah menjadi pelengkap. Sebagai kandidat cawapres, nama Cak Imin kalah kuat dibanding dengan Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono; Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil; bahkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Sedangkan Prabowo selalu bersaing dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dalam urusan pencapresan. Maka tak heran muncul spekulasi Prabowo layak disandingkan dengan Ganjar. Apalagi hubungan Prabowo dengan Joko Widodo belakangan ini semakin mesra, seolah mendapat restu kuat.
Sekalipun begitu, Wasis menilai, bukan tidak mungkin Imin nantinya yang dipinang Prabowo. Sebab politik selalu dinamis dan segala kemungkinan bisa terjadi. Kalaupun Prabowo memilih sosok lain sebagai cawapres bukan berarti pula PKB pisah di tengah jalan dari Gerindra.
"Politik selalu dinamis dan berkembang. Cak Imin dan PKB tentu juga memahami hal tersebut sambil menyiapkan langkah-langkah politik selanjutnya," kata dia.