News

Peringatan HSN Jadi Pengingat Perjuangan Darah Para Santri

Peringatan HSN Jadi Pengingat Perjuangan Darah Para Santri
Ketua DPP PKS, Aboe Bakar Alhabsyi. (ISTIMEWA)

AKURAT.CO, Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2018 harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk kembali mengingat mengenai pengorbanan santri dalam merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Aboe Bakar Alhabsyi, saat menanggapi ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

Pria yang akrab disapa Habib itu mengungkapkan bahwa penentuan tanggal 22 oktober sebagai Hari Santri didasarkan pada sejarah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, saat sekutu hendak menduduki kembali Indonesia.

baca juga:

"Resolusi jihad ini adalah fakta sejarah bahwa negara ini dimerdekakan dengan darah dan perjuangan ummat Islam," ungkapnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (23/10).

Menurut Habib, memperingati HSN juga menjadi pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia ini direbut dengan semangat jihad kalangan santri. Jadi, Habib harap, sekarang ini semua pihak jangan alergi dengan istilah jihad.

"Karena resolusi jihad lah yang berperan mempertahankan NKRI," ujar Anggota Komisi III DPR RI itu.

Selain itu, Habib mengatakan, peringatan HSN juga mengingatkan kita semua dengan pekik Takbir para santri pasca Resolusi Jihad. Oleh karena itu, Habib menegaskan, kita juga tidak perlu alergi jika ada yang menggelorakan semangat dengan pekikan Takbir, karena begitulah dulu bangsa Indonesia ini memperjuangkan kemerdekaannya.

"Momen Hari Santri ini merupakan wahana untuk merefleksikan diri bagaimana dulu kita bisa merdeka. Supaya kita paham nilai-nilai kemerdekaan dan tidak melupakan sejarah bagaimana perjuangan para santri merebut dan mempertahankan kemerdekaan," katanya.

Seperti diketahui, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai HSN tersebut disahkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2015 lalu melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015.

Penetapan HSN sendiri dilatarbelakangi oleh deklarasi Resolusi Jihad yang dilakukan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy’ari, di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945 silam.[]