Tech

Penemuan Mahasiswa UNY: Inovasi Tempe dari Biji Karet

Penemuan Mahasiswa UNY: Inovasi Tempe dari Biji Karet
Ilustrasi tempe. (pixabay.com/bintang_galaxy)

AKURAT.CO Selain bisa menghasilkan lateks sebagai bahan utama pembuatan ban, pohon karet juga mampu menyerap gas buangan dan menghasilkan oksigen yang jauh lebih maksimal.

Bahkan, tanaman ini juga dapat menyerap gas karbondioksida yang diolah menjadi sumber karbon untuk fotosintesis.

Hal tersebut tentunya membantu dalam mengurangi atau mengatasi efek rumah kaca seperti pemanasaan global dan kerusakan lingkungan.

baca juga:

Tidak hanya sampai di situ, ternyata biji karet yang selama ini belum banyak dimanfaatkan, juga dapat diolah menjadi tempe. Inovasi tempe dari bahan baku biji karet ini digagas oleh para Pejuang Muda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Sumatra Selatan.

Pejuang Muda sendiri merupakan program sinergi antara Kementerian Sosial RI, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama yang diperuntukkan bagi mahasiswa agar berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat.

Para mahasiswa ini terdiri dari Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah prodi Pendidikan Sejarah, Aji Nur Wijaksono prodi Pendidikan Fisika. Mereka dibantu oleh Mangara Klose Siahaan dari prodi Teknik Sipil Intitut Teknologi Sumatera, Gulfi Oktariani serta Nadya Lucyana prodi Sistem Komputer UNSRI.

Dimana mereka mengedukasi warga di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan tentang pembuatan tempe dari biji karet. 

Menurut Tegar Ristianto, kegiatan ini diadakan karena keprihatinan pada kondisi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan sampingan setelah menyadap karet dan banyaknya biji karet yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan.

"Biji karet yang jatuh dari pohon hanya dibiarkan begitu saja dan hanya sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petani," kata Tegar, dilansir dari laman UNY.

Selain itu, sosialisasi inovasi tempe dari biji karet ini dilakukan untuk memberikan pandangan baru bagi masyarakat bahwa biji karet yang menjadi potensi besar di Desa Babat memiliki nilai jual lebih jika masyarakat mau tergerak untuk memanfaatkannya, seperti mengolah menjadi tempe. 

Alifah mengatakan, tempe merupakan makanan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Sementara, biji karet mengandung 31,6% karbohidrat, 15,6% protein, 40,9% lemak dan sisanya adalah minerak dan asam sianida. Oleh karena itu, asam sianida ini harus dihilangkan dengan cara perendaman selama 24 jam dan perebusan selama 90 menit. 

Asam sianida ini mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, sehingga saat perendaman akan terbuang bersama air. Sedangkan proses perebusan zat linamerase dan asam sianida akan terakumulasi. 

"Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai. Tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es," jelas Alifah.

Proses pembuatan tempe biji karet sendiri diawali dengan menyiapkan 1 kg biji karet yang telah dicuci bersih. Selanjutnya, biji karet dibuang kulitnya dengan cara memecahkannya. Setelah terpisah ari kulitnya, daging biji direndam selama 1 × 24 jam.

Setelah direndam, kemudian rebus selama 1 jam. Tiriskan dan biarkan hingga dingin, setelah dingin air rebusan dan bakal daun yang terdapat dalam biji dibuang.

Rendam kembali biji karet selama 3×24 jam lalu cuci dan dikukus ± 30 menit. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang tersisa di dalam panci dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ke tampah dan  diratakan tipis-tipis. 

Biarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis. Setelah dingin, taburkan ragi tempe (Rhizopus oryzae) sebanyak ± 2 gram sambil diaduk-aduk sampai rata. 

Penambahan ragi ini bertujuan mempercepat atau merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe.

Selanjutnya, tempe dikemas sesuai dengan selera. Bisa menggunakan plastik ataupun daun pisang. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet, kemudian dilubangi dengan menggunakan jarum yang  terbuat  dari kayu ukuran kecil kira-kira 8-10 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.  

Setelah selesai, tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup. Untuk menghindari pembusukan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan di tempat yang terjadi sirkulasi udara.

Tempe didiamkan kurang lebih selama 2 × 24 jam. Setelah itu, tempe siap diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.[]