
AKURAT.CO Ekonom dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hidayatullah Muttaqin mengatakan, pemerintah harus mendorong penambahan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor produksi dan jasa karena mampu memicu efek berganda ekonomi.
"Semakin banyak UMKM yang bergerak dalam kegiatan produksi dan jasa, maka akan semakin besar dampak ke belakang dan ke depannya bahkan multiplier effect," kata dia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (5/2/2023).
Ia menjelaskan, adanya kegiatan industri skala UMKM akan mendorong bangkitnya kegiatan usaha yang berkaitan dengan rantai pasokan bahan baku dan bahan pendukung lainnya sehingga berdampak pada kegiatan distribusi produk dan perdagangan.
baca juga:
Begitu juga untuk usaha bidang jasa, multiplier ekonominya berdampak luas di sektor lainnya termasuk produksi dan perdagangan.
Sebaliknya, jika yang dominan kegiatan perdagangan, di samping efek ekonominya lebih kecil juga dapat mendorong naiknya angka impor khususnya untuk produk-produk konsumtif.
Apalagi dalam era perdagangan bebas dan digitalisasi ekonomi semakin mempermudah arus impor barang, terutama dari China.
Muttaqin merujuk data Sensus Ekonomi tahun 2016 yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) merefleksikan situasi masih dominannya UMKM sektor perdagangan yaitu 46,40 persen dari jumlah UMKM di Indonesia dengan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 37,95 persen.
Selain meningkatkan jumlah dan peranan UMKM yang bergerak dalam kegiatan produksi dan jasa, ekonom jebolan Universitas Birmingham Inggris ini juga menilai perlunya strategi meningkatkan level kelas dari usaha mikro kecil ke kelas usaha menengah dan usaha besar.
Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan jumlah UMKM tahun 2019 mencapai lebih dari 65,47 juta unit, di mana 98,67 persen masuk skala usaha mikro dan 1,22 persen usaha kecil. Sementara usaha menengah hanya 0,10 persen dan usaha besar 0,01 persen.