Dilarang Berbikini, Atlet Voli Pantai Ancam Boikot Turnamen di Qatar
Karla Borger/Julia Sude

Atlet voli pantai Jerman, Karla Borger dan Julia Sude, saat beraksi dalam salah satu pertandingan. | TWITTER/Grunes Gold
AKURAT.CO, Atlet voli pantai putri asal Jerman, Karla Borger dan Julia Sude, menyatakan bahwa mereka akan memboikot turnamen World Tour di Qatar jika tetap menerapkan aturan larangan mengenakan bikini. Qatar dijadwalkan menggelar turnamen di bawah naungan Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) pada Maret nanti.
Borger, yang merupakan peraih medali perak Kejuaraan Dunia Voli Pantai 2013, bahkan menegaskan bahwa Qatar merupakan satu-satunya negara penyelenggara yang melarang atlet mengenakan bikini.
“Kami ada di sana untuk melakukan pekerjaan kami, tetapi dilarang mengenakan pakaian kerja kami,” kata Borger sebagaimana dipetik dari The Guardian.
baca juga:
“Ini benar-benar satu-satunya negara dan satu-satunya turnamen di mana pemerintahnya memberitahu kami bagaimana kami melakukan pekerjaan kami- kami mengkritik itu.”
Turnamen yang bakal digelar di ibukota Qatar, Doha, tersebut merupakan yang pertama untuk kategori voli pantai putri di negeri tersebut. Sebelumnya, Qatar beberapa kali hanya menggelar turnamen putra.
FIVB sendiri mengklaim bahwa membiarkan Qatar melarang atlet peserta memakai bikini bertujuan untuk menghormati budaya dan tradisi negara tersebut. Sementara itu, Borger berpendapat bahwa iklim panas yang bakal mencapai 30 derajat celcius di pantai di tepi gurun di Doha membuat bikini justru dibutuhkan.
Lebih tegas lagi, Borger mempertanyakan kesesuaian Qatar sebagai penyelenggara turnamen kelas dunia bola voli pantai putri. Atlet berusia 32 tahun tersebut menganggap aturan larangan bikini menunjukkan bahwa Qatar bukan termasuk dalam kategori yang cocok untuk olahraganya.
“Kami mempertanyakan apakah benar-benar perlu mengadakan turnamen di sana,” ucap Borger.
Cuaca dan budaya masih menjadi tantangan bagi ambisi Qatar untuk menjadikan negara mereka sebagai negara olahraga kelas dunia. Cuaca sempat menjadi kendala ketika atlet bertanding di Kejuaraan Dunia Atletik 2019.
Negara ini juga bersiap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Namun, kinerja negara kaya di Timur Tengah ini masih dalam pengawasan menyusul isu pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerja konstruksi stadion dan venue Piala Dunia.[]