Survei: Klub Kaya Eropa Diperkirakan Merugi Rp32,6 Triliun karena COVID-19
Industri Sepakbola

Stadion Camp Nou di Katalunya, akan menjadi arena pertandingan antara Barcelona dan Real Madrid, Sabtu (24/10). | REUTERS/Albert Gea
AKURAT.CO, Pandemi virus corona (COVID-19) diperkirakan bakal merugikan 20 klub terkaya Eropa lebih dari 1,7 miliar Poundsterling (sekitar Rp32,6 triliun) pada akhir musim ini. Kerugian terbesar berasal dari berkurangnya pemasukan hak siar serta pertandingan di stadion.
Sebagaimana dikabarkan BBC, survei Deloitte Football Money League mencatat bahwa jumlah ini meningkat dari kehilangan pendapatan sebesar 976 juta Poundsterling (sekitar 18,7 miliar) klub-klub tersebut pada akhir musim lalu.
Barcelona tetap tercatat sebagai klub dengan pendapatan terbesar pada musim lalu. Namun demikian, raksasa La Liga Spanyol tersebut tercatat pula sebagai klub dengan penurunan pendapatan terbesar kedua di jajaran 20 besar terkaya.
baca juga:
Pendapatan Barcelona berkurang dari 741,1 juta Poundsterling yang mereka raih di musim sebelumnya menjadi 627,1 juta Poundsterling di musim 2019-2010. Jumlah itu hanya berselisih 0,1 juta saja dari seteru senegara, Real Madrid, yang mencatatkan 627 juta Poundsterling dari pendapatan sebesar 667,5 juta di musim sebelumnya.
Bayern Muenchen berada di posisi ketiga dengan 556 juta Poundsterling dari 581,8 juta di musim 2018-2019. Diikuti oleh trio Liga Primer Inggris, Manchester United (509 juta), Liverpool (489,9 juta), dan Manchester City (481,6 juta).
Klub raksasa Prancis berada di posisi ketujuh dengan 474,1 juta di depan Chelsea (4211,9 juta), Tottenham Hotspur (390,9 juta), dan Juventus (349 juta). Juventus menjadi satu-satunya klub dari Liga Serie A Italia yang termasuk di jajaran sepuluh besar.
Kerugian besar tersebut bermula dari penghentian seluruh kompetisi pada Maret tahun lalu terdampak merebaknya COVID-19 yang dimulai dari Wuhan, China, pada akhir 2019. Ligue 1 Prancis bahkan tak meneruskan liga mereka sementara kompetisi Eropa lain mulai menggelar laga tanpa penonton.
Penundaan kompetisi berarti juga hilangnya siaran pertandingan yang biasanya dijual ke seluruh dunia. Pada Oktober lalu, Manchester United, misalnya, harus mengalami penurunan pendapatan hak siar sebesar 41,9 persen dari 240,2 juta Poundsterling menjadi 141,2 juta Poundsterling.
“Tak diragukan lagi ini adalah salah satu masa penuh ujian yang bisa ditahan oleh industri sepakbola,” kata salah satu rekanan Kelompok Bisnis Olahraga di Delloite, Dan Jones.
“Sementara tidak ada klub sepakbola yang kebal dari tantangan COVID-19, dan klub-klub lain mengalami penderitaan yang lebih dalam masa yang relatif, mereka yang berada di Liga Uang telah menanggung beban dampak finansial terbesar dalam periode yang sangat berharga.”[]