Murray: Saya Patah Hati tak Bisa Bermain di Australia
Australia Terbuka 2021

Andy Murray harus angkat kaki lebih cepat dari Prancis Terbuka 2020. | REUTERS/Charles Platiau
AKURAT.CO, Mantan petenis ranking satu dunia, Andy Murray, mengaku terpukul karena tak bisa bertanding di Australia Terbuka 2021. Murray padahal sudah berusaha meminta kelunakan regulasi kepada penyelenggara turnamen pembuka musim tersebut untuk bisa berpartisipasi.
“(Saya) patah hati untuk memberitahu bahwa saya tidak akan terbang ke Australia untuk berkompetisi di Australia Terbuka,” ucap Murray sebagaimana dipetik dari The Guardian.
Murray berharap besar bisa bermain di Australia karena saat ini kondisinya cukup memungkinkan untuk bisa berkompetisi setelah operasi pinggul 18 bulan lalu. Petenis asal Skotlandia sebenarnya sudah bersiap terbang ke Australia namun di detik akhir sebelum melakukan perjalanan Murray dinyatakan positif virus corona (COVID-19).
baca juga:
Sesuai aturan, petenis yang hendak berangkat ke Australia mesti negatif COVID-19 72 jam sebelum terbang. Murray terpaksa bertahan di negaranya karena ia harus menjalani karantina yang juga berarti ia tak punya waktu untuk menjalani karantina wajib setibanya di Australia.
Selepas menjalani karantina Murray mencoba peruntungan untuk bisa tetap berangkat ke Australia. Namun, penyelenggara tak bisa memberikan pengecualian karena Murray sudah lewat waktu untuk batas waktu terakhir tiba di Australia demi menjalani karantina wajib sebelum turnamen dimulai pada 8 Februari mendatang.
“Kami melakukan dialog konstan dengan Federasi Tenis Australia dan berusaha mencari solusi dengan mengizinkan beberapa karantina yang memungkinkan. Tetapi kami tidak bisa mewujudkannya,” tutur Murray.
“Saya ingin berterimakasih terhadap semura orang atas usaha mereka. Saya hancur (karena) tidak bisa bermain di Australia – sebuah negara dan turnamen yang saya sukai.”
Salah satu pertimbangan terbesar penyelenggara Australia Terbuka untuk tak bisa memberikan pengecualian adalah kemungkinan protes yang bakal datang dari warga negara mereka sendiri.
Pasalnya, lebih dari 30 ribu warga Australia terdampar tak bisa pulang karena kebijakan penutupan penerbangan. Mereka kesal karena menganggap pemerintah Australia lebih memprioritaskan petenis yang merupakan warga negara asing diizinkan mendarat ke negara mereka.
Di Australia sendiri, lebih dari 72 atlet harus menjalani karantina ketat karena terpapar COVID-19 atau mereka yang tidak terpapar tetapi menumpang pesawat yang sama dengan yang terpapar. Karantina petenis pun dibagi di dua tempat, yakni satu di Melbourne yang merupakan kota tempat turnamen digelar dan satu lagi di Adelaide.[]