Luis Milla Butuh Waktu untuk Hadapi
Jacksen F Tiago

Jacksen F Tiago | AKURAT.CO/Agung Nugroho
AKURAT.CO, Sejumlah kontroversi mengiringi perjalanan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, pada periode tahun pertama kepemimpinannya. Mulai dari persengketaan di Liga 1 Indonesia 2017 hingga ke Tim Nasional Indonesia.
Kasus di kompetisi tertinggi di Tanah Air – kepemimpinan wasit, kerusuhan suporter, poin tambahan Bhayangkara FC setelah Mitra Kukar dinyatakan memainkan pemain yang tidak sah, dan sebagainya – adalah beberapa hal yang menjadi pembicaraan.
Perkara yang cukup menghebohkan Indonesia lainnya saat kesuksesan Persipura Jayapura menjuarai Liga 1 Indonesia U-19 setidaknya telah membuat panas telinga Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ke-37 untuk memecat pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri.
baca juga:
Pasalnya, pemecatan tersebut bertepatan dengan reaksi negatif yang dilontarkan oleh pelatih Persipura Jayapura U-19 – juara Liga 1 U-19 – Abdul Manaf kepada Indra, yang tak membawa satu pun pemain Papua dalam Timnas U-19.
Jurnalis AKURAT.CO, Agung Nugroho, berkesempatan mewawancarai juru taktik Barito Putera sekaligus mantan pelatih Timnas Indonesia, Jacksen F. Tiago, untuk membicarakan sejumlah persoalan tersebut.
Pria berusia 49 tahun kelahiran Rio De Janeiro, Brasil, ini berbicara tentang evaluasi regulasi Liga 1 Indonesia 2017, masa depan Timnas Indonesia, polemik pemecatan coach Indra, pencalonan Ketum PSSI sebagai Gubernur Sumetera Utara, hingga benturan budaya Luis Milla. Berikut petikannya:
Bagaimana pendapat Anda tentang masa depan Liga 1 Indonesia 2018?
Sementara ini kita belum tahu karena belum tahu regulasi yang berlaku pada kompetisi akan datang. Kapan juga liga akan dimulai? Harus menunggu kalau tidak salah kongres yang akan terjadi pada bulan Desember ini. Setelah itu akan ada sebuah keputusan yang tepat, dan dari situ kita baru bisa menilai – masa depan – yang lebih tepat.
Bagaimana evaluasi Liga 1 Indonesia 2017?
Saya akan bicara dari aspek teknis. Saya tidak akan bicara non teknisnya karena tidak tepat ya. Tapi dari aspek teknis saya rasa harus ada sebuah pertimbangan lagi tentang regulasi pemain. Karena kemarin regulasi U-23 yang sudah berjalan sebelum kompetisi digelar tiba-tiba di tengah jalan berubah lagi. Ya kalau boleh, ya kita mungkin konsisten dalam menjalankan regulasi yang ada dan sudah ditentukan jauh hari di kongres, itu satu.
Terus yang kedua melihat kalau boleh harus dicocokkan dengan jadwal liga dengan jadwal TC (pemusatan latihan) Timnas. Saya rasa itu juga harus dipikirkan karena banyak tim yang sudah punya pemain-pemain andalan yang mereka gunakan tiba-tiba pemain itu harus diberikan kepada Timnas untuk menjalankan TC jangka panjang sehingga pemain tersebut absen sepuluh sampai empat belas kali, dan itu juga terjadi kepada tim saya Barito Putera.
Tim Nasional Indonesia saat bermain menghadapi Guyana dalam laga uji coba di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, 25 November silam. (Foto: AKURAT.CO/Handaru M Putra).
Sehingga harus dipikirkan bagaimana jalan keluar supaya tidak ada pihak yang rugi karena bagaimanapun juga pemain itu milik klub, dan klub yang membayar, membiayai mereka selama semusim kompetisi. Makanya itu harus dipikirkan. Saya rasa dua hal itu, plus jadwal liga. Jadwal yang kadang masih sering berubah, molor. Saya rasa tiga aspek itu yang mempengaruhi kinerja kita sebagai pelatih selama kompetisi 2017 berjalan.
Masa depan Timnas Indonesia seperti apa?
Sangat menjanjikan. Kita melihat sejak coach Indra Sjafri menangani U-19, memberi sebuah harapan baru kepada Timnas Indonesia. Kita bisa melihat di tim senior sekarang ini dihuni pemain binaan coach Indra Sjafri. Bahkan sampai ada beberapa pemain kita yang sudah mulai pergi keluar negeri, seperti Ilham (Udin Armaiyn), Evan Dimas (Darmono), Ryuji (Utomo) juga. Saya rasa masa depan sepakbola Indonesia terutama Timnas itu sangat menjanjikan kalau pemain-pemain itu bisa dibina dengan baik ya. Saya rasa tinggal menunggu waktu bisa berkembang dan memberikan gelar kepada kita.
Kalau menurut Anda tinggal menunggu waktu, tapi berapa tahun lagi?
Cuma Tuhan yang tahu. Yang jelas harapan itu ada, tapi kita harus berada di dalam sistem supaya kita bisa mengukur secara tepat berapa lama, berapa masa. Tapi yang jelas, harapan itu ada karena wajah-wajah baru yang berpotensi sudah ada.
Polemik pemecatan Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-19, yang dikaitkan dengan ketiadaan pemain Papua?
Kalau saya ada atau tidak ada pemain dari mana pun semua itu kembalikan kepada kriteria dari pelatih. Saya pernah menjadi pelatih Timnas juga. Pelatih masing-masing punya filosofi dan kriteria untuk memanggil pemain sehingga ya kalau ada pemain dari mana pun, saya rasa itu kembalikan kepada pelatih itu sendiri. Kita tidak bisa menghakimi dia, karena kita tidak tahu kriteria apa yang dia pakai. Sehingga kembalikan kepada filosofi kerja, kriteria. Bagaimana dia menilai pemain bagus karena setiap orang punya pendapat yang berbeda dalam menilai pemain.
Mantan Pelatih Tim Nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri. (Foto: AKURAT.CO/Handaru M Putra).
Visi saya dengan coach Indra, dengan coach Rahmad Darmawan, dengan coach mana pun pasti punya selera tertentu, dan pasti kita akan memilih pemain sesuai apa yang kita harapkan. Makanya kita tidak bisa menyamakan misalnya “Jacksen kamu pilih sebelas orang”, belum tentu coach Indra Sjafri dengan coach itu pasti beda-beda. Karena itu tadi kita masing-masing punya filosofi dan selera yang berbeda-beda.
Bagaimana pandangan Anda tentang posisi Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, yang ingin mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara?
Itu di luar wilayah saya sebagai pelatih. Aku enggak bisa menilai hal seperti itu. Saya cuma melihat beliau sebagai Ketua Umum PSSI. Di luar itu, bukan wilayah Jacksen untuk menilai, dan tidak tepat saya bicara apapun tentang hal seperti itu.
Bagaimana penilaian Anda tentang perubahan permainan Timnas Indonesia sejak ditangani oleh pelatih Luis Milla?
Saya rasa masih terlalu dini yah mengenai sejauh mana kemampuan beliau. Tinggal kita melihat beberapa event yang lain lagi, dengan masa waktu yang lebih lama. Karena bagaimana pun juga ada benturan budaya antara coach Luis Milla dengan sepakbola Indonesia. Sehingga beliau pasti membutuhkan waktu untuk adaptasi, penyesuaian pemain, mengenal lebih lama lagi, lebih jauh lagi.
Benturan budaya itu seberat apa?
Hal yang paling berat untuk seorang pelatih karena itu yang menentukan sukses atau tidaknya dari kita sebagai pelatih. Kita tidak bisa mencapai sukses kalau tidak menguasai lingkungan yang kita berada. Itu sangat besar.
Misalnya, saya kasih contoh satu: Anda wartawan di sini ya kan. Kalau besok Anda wawancara coach Luis Milla lancar-selancar kamu mewawancara saya atau tidak? belum tentu. Makanya, itu sudah benturan budaya, itu yang saya bilang. Makanya di situ ada sebuah perbedaan yang sangat besar. Itu baru dari segi wawancara saja. Makanya apalagi budaya sepakbola.
Pelatih Tim Nasional Indonesia, Luis Milla (kiri), saat memberikan instruksi menjelang laga timnya kontra Mongolia di Banda Aceh, Senin (5/12). (Foto; ANTARA/Irwansyah Putra).
Anda mengerti? Benturan budaya ya di situ. Sama dengan Anda akan mengalami kalau Anda mungkin mewawancarai dia. Mewawancarai saya mungkin mudah, lancar karena saya bisa bahasa Indonesia, Anda juga sama. Tapi dengan beliau salah satu harus punya penerjemah, harus bahasa yang sama sehingga itu salah satu benturan budaya yang saya sebutkan tadi. Itu salah satu aspek saja, salah satu, masih ada aspek-aspek yang lain, gizi, bermain konsep, dan sebagainya.
Apakah coach punya konsep untuk melakukan riset secara ilmiah tentang pola konsumsi pemain Timnas yang diduga telah menurunkan performa mereka?
Setiap pelatih punya. Tapi itu bagian dari nutrisionis, yang kita bilang ahli gizi. Tapi yang jelas kita semua pasti punya hal-hal seperti itu.[]