Jokowi Tinjau Lokasi Ibu Kota Baru dan Resmikan Tol Balsam

Presiden Joko Widodo | Sekretariat Kabinet
AKURAT.CO, Presiden Joko Widodo pada hari ini, Selasa, 17 Desember 2019, bertolak menuju Provinsi Kalimantan Timur guna melakukan kunjungan kerja.
Dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Presiden dan rombongan lepas landas sekitar pukul 07.30 WIB dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1.
baca juga:
Setibanya di Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Kota Balikpapan, Presiden terlebih dahulu diagendakan untuk bertemu dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat setempat.
Setelahnya, Presiden akan menuju gerbang tol Samboja untuk meresmikan ruas tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) seksi Samboja-Samarinda. Presiden juga akan meninjau langsung ruas tol yang diresmikan tersebut.
Pada sore harinya, Presiden dijadwalkan untuk meninjau lokasi ibu kota negara di kawasan konsesi hak pengusahaan hutan PT. ITCI, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Usai meninjau lokasi tersebut, Presiden akan menuju hotel untuk beristirahat dan melanjutkan agenda kerja keesokan harinya.
Turut mendampingi Presiden dalam penerbangan menuju Provinsi Kalimantan Timur, yaitu Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Selain itu turut pula Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Mayjen TNI Suharyanto, Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, Juru Bicara Presiden M. Fadjroel Rachman, dan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
Bukan sekedar pindah
Kemarin, Jokowi menegaskan bahwa pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan hendaklah tidak dipandang sebagai perpindahan kantor pemerintahan semata. Lebih dari itu, Presiden ingin perpindahan ibu kota menandai perubahan budaya dan sistem kerja.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas tentang pemindahan ibu kota di Kantor Presiden, Jakarta.
"Saya ingin mengingatkan bahwa perpindahan ibu kota ini jangan dilihat sekadar sebagai pemindahan kantor pemerintahan. Bukan sekadar pindah lokasi. Tetapi kita ingin ada sebuah transformasi. Pindah cara kerja, pindah budaya kerja, pindah sistem kerja, dan juga ada perpindahan basis ekonomi sehingga saya sampaikan kemarin juga bahwa sebelum kita pindah sistemnya sudah ter-install dengan baik," kata dia.
Kepala Negara juga ingin perpindahan ibu kota ini dilihat sebagai sebuah percepatan transformasi ekonomi. Presiden meminta Indonesia belajar dari pengalaman beberapa negara yang kurang berhasil dalam memindahkan ibu kotanya.
"Artinya bahwa perpindahan ibu kota ini adalah sebagai sebuah percepatan transformasi ekonomi. Kita harus belajar dari pengalaman beberapa negara yang pindah ibu kotanya, tapi ibu kotanya menjadi kota yang mahal. Ini jangan. Kemudian sepi, ini jangan. Kemudian yang menghuni hanya pegawai pemerintah plus diplomat, ini juga tidak," kata dia.
Oleh karena itu, Presiden mengingatkan agar perpindahan ibu kota ini dirancang sebagai perpindahan basis ekonomi menuju smart economy. Ia juga ingin perpindahan ibu kota ini juga menandai proses transformasi produktivitas nasional, transformasi kreativitas nasional, transformasi industri nasional, dan transformasi talenta-talenta nasional.
"Kalau tujuannya adalah membangun ibu kota yang menjadi mesin penggerak smart economy, maka rancangan ibu kota baru bukan hanya smart metropolis yang compact, yang nyaman, yang humanis, yang zero emision, tapi akan memiliki penanda bahwa negara kita telah melakukan transformasi ekonomi ke smart economy yaitu dengan dibangunnya klaster-klaster pendidikan, klaster-klaster riset dan inovasi," ujarnya.
Presiden memberikan contoh, dalam klaster pendidikan ia membayangkan di ibu kota yang baru ini dibangun lembaga pendidikan tinggi kelas dunia yang bisa menciptakan talenta-talenta top global secara tepat. Di ibu kota baru ini juga, Presiden ingin dibangun pusat riset dan inovasi kelas dunia yang menjadikan ibu kota baru ini sebagai global innovation hub, menjadi titik temu inovasi global.
"Sudah saatnya talenta-talenta Indonesia, talenta-talenta global berkolaborasi mengembangkan smart energy, smart health, smart food production yang akan menciptakan lapangan kerja baru bagi anak-anak muda kita serta mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah kita untuk masuk dan terintegrasi dengan global value chain," imbuhnya.
Dalam proses pembangunannya, Presiden ingin agar ibu kota yang dirancang sebagai kota pintar tersebut juga dibangun dengan cara-cara pintar. Menurutnya, Indonesia harus meninggalkan cara berpikir lama yang selalu melihat semuanya dari sisi anggaran dan sisi biaya.
"Kita harus berani menggunakan cara-cara baru yang lebih kreatif, termasuk dalam pemanfaatan teknologi-teknologi inovasi, dengan bantuan talenta-talenta hebat yang kita miliki yang berada di dalam negeri maupun yang saat ini belajar di berbagai negara di luar negeri," kata dia. []