Pemerkosa Dokter Hewan India Ditembak Mati Polisi, Kelompok HAM Bersuara

Demonstran memegang plakat untuk memprotes serangan seksual terhadap wanita, menyusul dugaan pemerkosaan masal dan pembunuhan seorang dokter hewan di Hyderabad, Kolkata pada Rabu (4/12). | Straits Times
AKURAT.CO, Penembakan terhadap 4 pelaku pemerkosaan oleh polisi India disebut meningkatkan kekhawatiran akan tindakan pembunuhan di luar hukum. Kekhawatiran itu disuarakan oleh kelompok hak asasi manusia lewat aksi mereka.
Sebelumnya, pemerkosaan dan pembunuhan menimpa seorang dokter hewan berusia 27 tahun. Usai memperkosa dan membunuh, para pelaku membakar jasad korban. Keempatnya kemudian ditangkap polisi, namun saat rekonstruksi kejadian para pelaku berusaha kabur hingga akhirnya ditembak mati.
"Hukum sudah melakukan tugasnya," kata kepala polisi lokal VC Sajjanar, dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (9/12).
Penembakan terhadap pelaku membuat polisi menjadi sorotan kelompok HAM karena dianggap main hakim sendiri. Kelompok HAM juga mengatakan bahwa dalih pelaku kabur atau pelaku melawan petugas adalah cara lama yang digunakan petugas untuk menembak pelaku.
"Selama beberapa dasawarsa, pembunuhan di luar proses hukum dan penyiksaan penahanan telah dianggap sebagai kesucian hukum di India. Ini mengkhawatirkan, kriminalitas polisi sekarang disetujui oleh publik," kata pengacara Mahkamah Agung terkemuka dan pendiri Jaringan Hukum Hak Asasi Manusia, Colin Gonsalves.
Hal serupa juga disuarakan oleh Ketua Mahkamah Agung Sharad Arvind Bobde yang mengatakan ia khawatir dengan 'keadilan instan'.
"Keadilan tidak pernah harus instan. Keadilan tidak boleh pernah mengambil bentuk balas dendam. Saya percaya keadilan kehilangan karakternya ketika menjadi balas dendam," kata Bobde di sebuah acara pada Sabtu (7/12).
Pembunuhan ekstrayudisial adalah cara yang telah lama dilakukan. Mulanya hal itu dilakukan untuk menangani para separatis di Benggala Barat namun kemudian penggunaannya meluas. Selain mendapat dukungan publik, tindakan semacam ini juga terus digambarkan sebagai tindakan gagah berani dalam film-film India.
Kelompok HAM mengatakan cara-cara itu dilakukan polisi untuk menutupi kegagalan investigasi, memenangkan penghargaan atau hadiah, dan menenangkan kemarahan masyarakat. Menurut sebuah laporan pemerintah, 100 tersangka tewas dalam tahanan polisi pada 2017, namun kelompok HAM mengatakan jumlahnya lebih banyak. Tak satu pun dari 33 polisi yang ditahan karena pembunuhan itu.
Di sisi lain, polisi telah lama menjadi sasaran kritikan karena dianggap gagal mencegah terjadinya dan membawa kasus kejahatan kekerasan atau kekerasan seksual ke pengadilan.
Sistem peradilan India dianggap rumit dan lambat di mana kasus pemerkosaan dan pembunuhan dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk penanganannya. Tingkat hukuman untuk pelaku pemerkosaan di India adalah 32 persen, dan para korban harus siap menerima investigasi polisi yang tidak memuaskan dan ancaman dari pelaku selama proses masih berjalan.
Para analis mengatakan kurangnya keadilan bagi para korban telah memicu penerimaan publik terhadap eksekusi di luar pengadilan.[]