5 Gerakan Mahasiswa Terbesar di Dunia, Ribuan Nyawa Jadi Tumbal Demokrasi di China

Kolase foto gerakan mahasiswa di berbagai negara | ISTIMEWA
AKURAT.CO, Pada pekan ini, Indonesia sedang ramai dilanda demonstrasi besar-besaran untuk memprotes undang-undang yang dianggap melemahkan KPK, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), penanganan Papua, RKUHP, dan sejumlah isu penting lainnya. Demonstrasi ini digerakkan para mahasiswa, mengikuti jejak Gerakan Mahasiswa 1998 yang berhasil menumbangkan Soeharto. Rakyat Indonesia pun berharap lewat gerakan mahasiswa ini presiden, DPR, dan aparatur negara lainnya lebih memikirkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan partai, golongan, atau pribadi.
Tak hanya di Indonesia, gerakan mahasiswa besar-besaran juga pernah terjadi di negara lainnya. Ada yang berhasil mencapai tujuannya, tetapi ada juga yang tak membawa perubahan meski ribuan nyawa telah dikorbankan.
Dilansir dari New York Times, ini 5 gerakan mahasiswa terbesar di dunia.
baca juga:
1. Desakan pencabutan apartheid, 1970an-1980an

Aksi unjuk rasa ini mulanya dilakukan pelajar sekolah negeri di Soweto, Afrika Selatan yang kemudian meluas ke seluruh kota. Pada 16 Juni 1976, ribuan pelajar di sekitar Johannesburg turun ke jalan menentang undang-undang yang mewajibkan pendidikan berbahasa Afrika. Namun, gerakan ini justru menggerakkan dunia untuk melawan apartheid, sistem pemisahan ras kulit hitam dari kulit putih.
Meski dilakukan dengan damai, aparat menyerang demonstran dengan senapan dan gas air mata. Foto jenazah Hector Pieterson, pelajar yang masih berumur 12 tahun, pun menyita perhatian dunia. Mereka geram pada kekerasan yang dilakukan pemerintah Afrika Selatan.
Sontak gerakan ini menginspirasi demonstrasi yang lebih besar di Amerika Serikat. Para demonstran lalu memblokade gedung dan menginterupsi pidato para politisi Afrika Selatan. Diikuti mahasiswa Columbia University hingga University of California, mereka mendesak pemerintah agar menarik investasi miliaran dolar di Afrika Selatan. Seiring berjalannya waktu, tekanan ekonomi ini beserta faktor lainnya berhasil menyingkirkan apartheid.
2. Lapangan Tiananmen, 1989

Selama berminggu-minggu, gelombang mahasiswa membanjiri Lapangan Tiananmen, Beijing, China, untuk menuntut ditegakkannya demokrasi. Nahas, pada tanggal 4 Juni 1989, ribuan tentara menembaki mereka sehingga ratusan, bahkan ribuan nyawa melayang. Sadisnya lagi, daftar korban tewas tersebut tak pernah dirilis.
Tragisnya, meski ribuan orang rela mengorbankan nyawanya, demokrasi tak kunjung ditegakkan di negeri Tirai Bambu, bahkan hingga saat ini. Sejak peristiwa berdarah itu, memang terjadi liberalisasi ekonomi, tetapi tidak di bidang politiknya. Parahnya, tragedi tersebut justru berdampak ke arah sebaliknya. Rakyat China kini benar-benar sadar pemerintah tak segan-segan menggunakan segala cara untuk menekan perbedaan pendapat. Akibatnya, tak ada yang berani melawan rezim pemerintah dan para aktivis mahasiswa bungkam hingga saat ini.
3. Gerakan mahasiswa Indonesia, 1998

Pada April 1998, Soeharto terpilih kembali menjadi presiden RI untuk ketujuh kalinya. Namun, di saat bersamaan, terjadi krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk Indonesia mengalami kemiskinan. Mahasiswa pun menuntutnya mundur dengan mengadakan unjuk rasa besar-besaran. Dengan mengagendakan reformasi, gerakan ini turut mendapat simpati dan dukungan rakyat.
Demonstrasi ini bertambah gencar usai pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak. Ribuan mahasiswa pun menduduki gedung DPR pusat dan DPRD di berbagai daerah. Seluruh elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu demi satu tujuan menurunkan Soeharto.
Meski salah satu desakannya tercapai, yaitu lengsernya Soeharto, banyak yang menilai agenda reformasi masih belum terwujud. Empat orang pun gugur dalam Tragedi Trisakti yang mengiringi Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998. Usai Soeharto mundur, tetap saja terjadi kekerasan dari aparat terhadap rakyat dan mahasiswa, antara lain dalam Tragedi Semanggi yang berlangsung hingga 2 kali.
4. Demonstrasi Iran, 1999

Setelah berulang kali terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat di bulan Juli 1999, petugas menggerebek sebuah asrama di Universitas Teheran. Setidaknya 20 orang terluka dan 125 lainnya dipenjara. Tak terima dengan hal ini, lebih dari 10 ribu mahasiswa turun ke jalan.
Mereka mendesak para pejabat, termasuk Presiden Mohammad Khatami dan Ayatollah Ali Khamenei, untuk menindak serangan polisi. Namun, Ayatollah justru mendesak pembungkaman mahasiswa, bahkan meski para mahasiswa membakar atau merobek fotonya. Pasalnya, sejak revolusi Iran tahun 1979, banyak aktivis mahasiswa terikat dengan partai politik. Jadi, mereka dicurigai memperjuangkan aspirasi golongan tertentu.
Usai gerakan mahasiswa tahun 1999, politik Iran tetap diatur ketat pemerintah. Meski begitu, gerakan mahasiswa terus berlanjt di sana, bahkan lebih sering dibandingkan di negara lainnya dengan sistem politik serupa.
5. Black Lives Matter, 2013

Black Lives Matter awalnya digerakkan 3 wanita berusia akhir 20an dan awal 30an, yaitu Patrisse Cullors, Alicia Garza, dan Opal Tometi. Gerakan ini pun menyita perhatian publik di tahun 2014 usai seorang mahasiswa yang ikut berunjuk rasa, Michael Brown, tewas dibunuh polisi.
Para mahasiswa pun bersatu memprotes kekerasan senjata oleh polisi yang kerap menindas tersangka kulit hitam yang tak bersenjata. Sayangnya, mereka tak mendapat tanggapan positif dari publik. Bahkan, tetap saja polisi pelaku penganiayaan jarang ada yang kena hukum. Sebaliknya, mereka yang berkulit hitam justru mendapat stigma sebagai pembuat onar dan preman. Meski begitu, gerakan Black Lives Matter membuka perdebatan nasional tentang bias rasial dan penyalahgunaan wewenang oleh polisi.
Itulah 5 gerakan mahasiswa terbesar di dunia.[]