Protes Lawan Kudeta Myanmar Makin Membara, Demonstran Tulis Golongan Darah di Tangan

Demonstran terus menggelar aksi menentang pemerintahan militer pada Senin (22/2) | Twitter/hiboorans
AKURAT.CO, Demonstran memenuhi jalan-jalan di seluruh Myanmar pada Senin (22/2). Aksi sebesar itu terakhir kali terlihat dalam pemberontakan tahun 1988 yang diberangus oleh tindakan keras militer berdarah.
Di sisi lain, para jenderal Myanmar yang melancarkan kudeta pada 1 Februari masih terlihat menahan diri. Militer telah mengancam dan mengerahkan Divisi Infanteri Muda ke-33 yang terkenal akan kebrutalannya terhadap Rohingya dan etnis lainnya. Pasukan tersebut dikerahkan ke lokasi protes perkotaan.
Dilansir dari The Globe and Mail, setidaknya 3 orang tewas dalam aksi demonstrasi. Puluhan orang telah dipukuli dan ratusan ditangkap. Polisi juga dituding menembak bagian belakang kepala seorang pria berusia 30 tahun atas dugaan pelanggaran jam malam.
baca juga:

Pada Senin (22/2), para demonstran menulis golongan darah mereka sendiri di tangan untuk mengantisipasi kekerasan. Untungnya, hingga malam hari, tidak ada kematian yang dilaporkan.
Angkatan bersenjata yang berjaga di seluruh negeri tidak menggunakan tindakan keras berdarah.
"Sebaliknya, mereka mencoba mencari cara bagaimana menghentikan protes tanpa kekerasan," ungkap Soe Myint, mantan aktivis yang selama beberapa dekade memimpin Mizzima, sebuah organisasi berita independen.
Mizzima kini menyiarkan dari lokasi nonpermanen setelah sinyalnya ditarik pemerintah dari saluran distribusi terkenal. Sementara itu, rezim menangkap para pemimpin politik dan tokoh budaya berpengaruh, termasuk sutradara sekaligus aktor Lu Min.
"Ini adalah perang informasi. Tentu saja, upaya mematikan untuk memadamkan protes tak bisa dihilangkan karena militer sama kejamnya dengan sebelumnya," tambahnya.
Aksi protes telah menciptakan tekanan kuat pada mereka yang kini memerintah negara tersebut. Fungsi normal perkotaan terhambat demonstrasi yang tak henti digelar.