Anies: 63 Persen RSUD DKI Dikonversi Jadi RS Khusus Covid-19

Petugas memeriksa suhu tubuh petugas kesehatan sebelum disuntikkan vaksin COVID-19 merek Sinovac di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (14/1/2021). | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku, pihaknya sudah merubah sebagian besar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) milik Pemerintah Provinsi DKI menjadi rumah sakit khusus menampung pasien Covid-19.
Sampai sekarang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memilik 101 rumah sakit rujukan Covid-19. Jumlah ini mengalami lonjakan yang cukup pesat seiring meroketnya kasus penyakit menular ini selama 11 bulan belakangan ini.
"Saat ini sudah 63 persen kapasitas RSUD milik Provinsi DKI dikonversi menjadi penanganan khusus Covid-19," kata Anies Baswedan di akun Facebooknya Kamis (28/1/2021).
baca juga:
Anies mengatakan, di awal-awal pandemi melanda Jakarta pada Maret 2020 lalu, jumlah rumah sakit rujukan untuk menangani pasien corona hanya ada 8 rumah sakit saja.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menambah fasilitas supaya pasien yang terpapar wabah ini bisa ditangani dengan baik, salah satunya adalah merehabilitasi puskesmas yang kemudian menjadi rumah sakit kelas D seperti RSUD Kramat Jati, Jakarta Timur yang saat ini juga menjadi salah satu tempat rujukan Covid-19.
"Hari ini ada 101 RS rujukan Covid-19 di DKI Jakarta, dari yang tadinya hanya 8 RS rujukan pada Maret 2020. Sejak awal pandemi kita telah mengantisipasi dengan meningkatkan kapasitas dari fasilitas kesehatan yang sudah ada," ujarnya.
Tidak hanya menambah fasilitas rumah sakit, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga terus menambah jumlah tenaga kesehatan dan tenaga pelacak pasien corona demi memutus mata rantai penularan virus ini.
Di isisi lain, jumlah masyarakat yang disasar dalam upaya pelacakan corona juga terus ditingkatkan. Jumlahnya diklaim sudah melampaui standar yang telah ditetapkan Organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Kapasitas testing kita juga terus meningkat hingga 135.000 orang per minggu (12x standard WHO), dengan 85 persen tes di Jakarta adalah kepada orang suspect, probable dan contact tracing. Peningkatan kapasitas testing juga diiringi dengan peningkatan tenaga contact tracing, tahun lalu kita telah merekrut 1545 tenaga contact tracing," ucapnya.