Bandingkan FPI dan NU, Politisi PKB: Pandji Tendensius dan Emosional

Anggota Komisi I Fraksi PKB Abdul Kadir Karding saat menjadi pembicara dalam Diskusi Dialektika Demokrasi di Media Center, Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (9/7/2020). Diskusi mengangkat tema 'Pandemi dan Situasi Politik Internasional'. | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO, Komedian Pandji Pragiwaksono yang membahas soal FPI dan membandingkannya dengan NU dan Muhammadiyah membuat gaduh dunia maya.
Sejumlah politisi menanggapi pernyataan Pandji ini. Salah satunya politisi PKB Abdul Kadir Karding.
Karding menilai pernyataan Pandji yang menggambarkan FPI apalagi membandingkan dengan NU dan Muhammadiyah sangat tendensius dan emosional.
baca juga:
Karding menyindir Pandji kelamaan tinggal di kota dan tidak pernah ke desa dan kampung-kampung.
Kata Karding, para kyai di kampung menjadi pusat solusi masyarakat. "Mas Pandji tendensius, emosional dan sangat politis dalam menggambarkan fpi apalagi disandingkan dengan NU dan Muhammadiyah. Kelamaan tinggal dikota dan tidak pernah ke desa dan kampung2 Kyai2 dikampung menjadi pusat solusi masyarakat dikampung," tulis Karding dikutip dari akun twitternya @Kadir_Karding, Kamis (21/1/2021).
Mas @pandji tendensius, emosional dan sangat politis dalam menggambarkan fpi apalagi disandingkan dengan NU dan Muhammadiyah
— Abdul Kadir Karding (@Kadir_Karding) January 21, 2021
Kelamaan tinggal dikota dan tidak pernah ke desa dan kampung2
Kyai2 dikampung menjadi pusat solusi masyarakat dikampung https://t.co/ybtVIXcFaL
Potongan video Pandji yang tersebar dan menjadi perdebatan belakangan ini di media sosial adalah video dengan judul 'FPI DIBUBARIN PERCUMA? feat AFIF XAVI & FIKRI KUNING'. Video ini diunggah Pandji pada 4 Januari 2021 di akun Youtube resminya dan yang menonton kini sudah mencapai 209.969 kali.
Ucapan Pandji yang menjadi permasalahan kini di mulai di menit ke 50. Ia mengatakan di masyarakat ada banyak pendukung FPI. Sebab menurutnya, FPI selalu ada ketika masyarakat meminta bantuan.
Pandji menuturkan itu karena ia mendengar pendapat dari Sosiolog Thamrin Amal Tomagola ketika diwawancarainya di Har Rock FM Jakarta tahun 2012 silam.