Dilema Pemilu Uganda, Capresnya Penyanyi Reggae Lawan Petahana Otoriter

Kolase foto Yoweri Museveni dan Robert Kyagulanyi Ssentamu (Bobi Wine) | Deutsche Welle
AKURAT.CO, Rakyat Uganda mulai menyalurkan suaranya dalam Pemilihan Presiden pada Kamis (14/1). Mereka harus memilih salah satu dari 2 calon presiden, yaitu petahana Yoweri Museveni yang telah berkuasa hampir 35 tahun lamanya melawan artis reggae Bobi Wine yang digembosi oleh regulasi.
Dilansir dari Reuters, pemilu kali ini diwarnai lebih banyak kekerasan dari sebelumnya. Banyak korban tewas ketika pasukan keamanan menindak perkumpulan massa pendukung oposisi. Calon oposisi, pendukung, dan staf kampanye pun telah berulang kali ditangkap. Internet juga dipadamkan setelah regulator komunikasi memerintahkan operator telekomunikasi untuk menangguhkan layanan mulai Rabu (13/1).
Tak ayal, Wine sebagai calon dari oposisi geram. Ia menyebut mantan pemimpin gerilya itu sebagai seorang diktator yang gagal mengatasi pengangguran dan melonjaknya utang negara. Sementara itu, Museveni mengejek Wine sebagai seorang pemula yang didukung pemerintah asing dan kaum homoseksual. Presiden berusia 76 tahun ini pun menjanjikan stabilitas dan kemajuan pembangunan, termasuk jalanan dan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air.
baca juga:
"Jika Anda mencoba mengganggu perdamaian, Anda akan dinyatakan bersalah. Aparat keamanan, sesuai hukum, siap menindak setiap pembuat onar," seru Museveni yang mengenakan jaket kamuflase militer dalam siaran televisi pekan ini.
Seorang warga bernama Muhamad Barugahare yakin Museveni adalah satu-satunya orang yang bisa menjamin perdamaian di negara itu.
"Kami tidak ingin bertaruh untuk pemuda itu," ungkapnya, merujuk pada Wine.
Di sisi lain, warga bernama Joseph Kinobe mengaku mendukung Wine lantaran ia sangat mendambakan perubahan.
"Saya bosan dengan Museveni karena ia tak punya ide baru," keluhnya.
Menurut para analis, Wine mendapatkan momentum dari para pendukungnya yang bersemangat di belakangnya. Meski begitu, Museveni tetap lebih unggul dengan tentara dan polisi yang lengkap di belakangnya. Polisi militer pun mengatakan mereka telah mengerahkan petugas ke atap bangunan di seluruh Kampala. Tak heran jalanan yang biasanya ramai menjadi sepi.