Imbas Penyerbuan Gedung Capitol, Donald Trump Terancam Dimakzulkan oleh Partainya Sendiri

Penyerbuan Gedung Capitol pada Rabu (6/1) mendorong Partai Republik untuk mendiskusikan pemakzulan Donald Trump | Associated Press
AKURAT.CO, Setelah demonstran pro-Trump menyerbu Gedung Capitol pada Rabu (6/1), banyak petinggi Republik dan pejabat Kabinet yakin Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump harus dilengserkan dari jabatannya sebelum 20 Januari 2021. Empat orang di antaranya menyerukan agar Amandemen ke-25 diberlakukan, sedangkan 2 lainnya mengatakan presiden harus dimakzulkan.
Dilansir dari CNN, dengan memakzulkan dan memberhentikan Trump, bahkan di masa akhir jabatannya, Senat kemudian dapat memberikan suara untuk mendiskualifikasinya agar Trump tak pernah memegang jabatan federal lagi. Sementara itu, penerapan Amandemen ke-25 akan mengharuskan Wakil Presiden Mike Pence dan mayoritas anggota Kabinet untuk memilih mencopot Trump dari jabatannya karena ketidakmampuannya menjalankan kekuasaan dan tugasnya. Langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejumlah anggota Kabinet kini tengah mengadakan diskusi awal soal penerapan Amandemen ke-25, menurut sumber Partai Republik. Namun, tidak jelas apakah akan ada cukup suara dari anggota Kabinet untuk menghasilkan pemakzulan Trump.
baca juga:
Tak lama usai para demonstran menerobos Gedung Capitol, Partai Republik meninjau kembali gagasan untuk menyingkirkan Trump dari jabatannya. Pilihan itu telah mereka lewatkan selama persidangan pemakzulan tahun lalu.
Insiden ini juga mengundang kecaman keras dari berbagai tokoh partai. Mantan Presiden George W Bush, misalnya, melontarkan teguran keras pada Rabu (6/1) malam. Ia menyebut 'pemberontakan' di Capitol itu sebagai 'pemandangan yang memuakkan dan menyedihkan'. Meski tak menyebut nama Trump, ia mengatakan terkejut dengan perilaku sembrono beberapa pemimpin politik sejak Pemilu dan kurangnya rasa hormat kepada lembaga, tradisi, dan penegakan hukum AS.
Sementara itu, Senator Utah Mitt Romney menyebut presiden sebagai 'pria egois' yang sengaja menyebarkan informasi yang salah kepada para pendukungnya soal Pemilu. Ia merupakan satu-satunya anggota Partai Republik yang mendukung pasal pemakzulan Trump tahun lalu. Romney juga menyebut serangan di Capitol itu sebagai 'pemberontakan' dan menyalahkan Trump. Ia menuding orang nomor satu di AS itu telah menggerakkan pendukungnya untuk beraksi pagi ini.
Kecaman juga datang dari anggota pemimpin DPR dari Partai Republik Liz Cheney.
"Tidak diragukan lagi bahwa Presiden membentuk massa. Presiden menghasut massa, Presiden bicara kepada massa. Ia memantik apinya," tuduh Cheney.
Senator Arkansas Tom Cotton yang selama ini menjadi sekutu setia Trump juga menyayangkan kejadian ini.