Corona Impor dari Indonesia Sebabkan Klaster COVID-19 di Shunyi China
Lawan COVID-19

Petugas medis melakukan tes usap di pos tes asam nukleat distrik Haidian, Beijing, China pada 18 Juni 2020 | Xinhua via Global Times
AKURAT.CO, Distrik Shunyi, dekat Bandara Internasional ibu kota Beijing, telah melaporkan 16 pasien COVID-19, termasuk 14 kasus lokal, 1 kasus tanpa gejala, dan 1 kasus impor, sejak infeksi pertama diidentifikasi pada 23 Desember. Hasil penyelidikan epidemiologi yang dirilis pun menunjukkan lonjakan tiba-tiba ini disebabkan oleh kasus impor dari Indonesia.
Dilansir dari Global Times, hasil penyelidikan ini diumumkan oleh Wakil Direktur Pusat Kota untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Pang Xinghuo dalam konferensi pers pada Rabu (30/12). Berdasarkan analisis galur genetik virus, virus ini termasuk dalam genotipe-L dari cabang Eropa yang sangat mirip dengan galur virus yang ditemukan di Asia Tenggara pada November. Artinya, wabah terbaru Beijing tersebut diimpor dari luar negeri.
"Kasus awal COVID-19 ini diimpor dari Indonesia oleh seorang pria berusia 28 tahun yang masuk Provinsi Fujian di China Timur pada akhir November. Ia lantas melakukan perjalanan ke Distrik Shunyi di Beijing," ungkap Pang.
baca juga:
Pria itu dilaporkan duduk di sebelah pasien yang dikonfirmasi dari Indonesia dalam penerbangan dari Indonesia ke Fujian. Ia pergi ke Beijing pada 10 Desember setelah menyelesaikan karantina 14 hari di Fujian dan dinyatakan negatif setelah tes asam nuklet.
Ia kemudian dinyatakan positif dalam tes antibodi serum, tetapi negatif dalam tes asam nukleat lainnya pada 26 Desember. Sampel dari tempat tinggal dan tempat kerjanya dinyatakan positif virus corona dan pria itu dibawa ke Rumah Sakit Ditan Beijing. Tes asam nukleatnya menjadi positif pada 28 Desember dan ia diidentifikasi sebagai penyebar senyap.
Kasus impor ini lantas menginfeksi teman sekamarnya, kemudian menyebabkan infeksi pada pegawai supermarket dan klaster sopir taksi online dan teman serta pekerja di kawasan industri Jinma melalui aktivitas kelompok.
Gara-gara munculnya kasus ini, pejabat tinggi di distrik Shunyi Zhi Xianwei mengatakan bahwa distrik tersebut telah membatalkan semua kegiatan yang dihadiri lebih dari 100 orang, menghentikan kegiatan kerumunan, dan memperkuat upaya pencegahan di restoran dan sekolah.
Sementara itu, warganet terkesan dengan penyelidikan epidemiologi dan menyebutnya bak 'novel detektif'.
"Kemampuan Beijing untuk menyelidiki proses penularan 16 kasus dalam waktu singkat dan sedemikian jelas tak hanya mengesankan publik, tetapi juga menawarkan kepercayaan kepada warga China atas kemampuan negara dalam mengendalikan epidemi," komentar warganet bernama Doueryu di Sina Weibo.
Beberapa warganet pun menyarankan perlunya memperpanjang masa karantina bagi orang-orang yang masuk China atau perlunya uji asam nukleat lanjutan setelah karantina 14 hari.[]