Korupsi, Pilkada, dan Corona

Ketua KPK Firli Bahuri bersama Juru Bicara KPK Ali Fikri saat memberikan keterangan kepada wartawan mengenai kasus korupsi bansos COVID-19 di Gedung KPK, Jakarta, Minggu (6/12/2020). | AKURAT.CO/Dharma Wijayanto
AKURAT.CO, Korupsi masih menjadi musuh terbesar bangsa ini. Korupsi sudah menghantui semua lini kehidupan. Korupsi tak mengenal kasta, budaya, dan agama. Semua bersukaria melakukan korupsi, tanpa rasa malu dan penyesalan.
Ditangkapnya dua menteri di era kabinet Jokowi II, ditahannya para walikota, bupati, dan anggota DPRD, semua itu menyiratkan korupsi terjadi dimana-mana.
Yang melakukan korupsi juga tak pandang bulu. Dari kalangan atas, menengah, hingga rakyat biasa. Dari koruptor kelas kakap hingga kelas teri, sama-sama masuk lingkaran setan, yang sulit untuk dihindari.
baca juga:
Koruptor yang ditangkap masih belum seberapa, masih banyak koruptor yang tak tersentuh hukum. Ada yang dijaga, dilindungi, dan dipeti es kan kasus-kasusnya.
Korupsi di Indonesia, seperti gunung es, yang terlihat hanya pucuknya saja, sedangkan ke bawahnya jauh lebih banyak lagi. Korupsi di republik ini, sudah berkategori mengerikan, karena kita masuk peringkat ke-3 negara terkorup di Asia.
Budaya tak tau malu, budaya menerabas, budaya tak ingin susah, budaya asal jangan ketahuan, seolah-olah sudah menjadi kebiasaan dan pembiasaan, para penjarah uang negara.
Hari antikorupsi sedunia, tanggal 9 Desember yang lalu, sejatinya menjadi momentum untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri. Agar bangsa ini tak hancur karena korupsi. Tak ada bangsa di dunia ini yang maju, karena korupsinya tinggi.
Sejak Pilkada 2005 hingga tahun 2020 ini, kurang lebih 300 kepala daerah terjerat kasus korupsi di KPK. Angka yang luar biasa tinggi. Akibat salah jalan dan salah kelakuan. Mereka bicara pemberantasan korupsi ketika kampamye, namun ketika terpilih malah ikut larut dalam korupsi. Dan terdepan dalam merampok uang rakyat.
Bisa jadi, korupsi yang dilakukan para kepala daerah, bukan karena kesalahannya sendiri. Tapi karena sistem yang memang korup.