Lestari Moerdijat: Kokohkan Kearifan Lokal Agar Tahan Terhadap Infiltrasi Budaya Asing
MPR RI

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci pada acara Focus Group Discussion. Acara tersebut berlangsung di Auditorium Rooseno Plaza, Kemang Jakarta Selatan, Rabu (25/11/2020). | MPR RI
AKURAT.CO, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, mengingatkan, masuknya nilai-nilai asing dari luar, bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangan budaya Nusantara. Apalagi, infiltrasi budaya asing itu terjadi setiap saat dan terus menerus melalui berbagai sarana informasi.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci pada acara Focus Group Discussion. Acara tersebut berlangsung di Auditorium Rooseno Plaza, Kemang Jakarta Selatan, Rabu (25/11/2020).
Ia menyebut, salah satu bukti pengaruh buruk infiltrasi budaya asing adalah terkikisnya nalai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia. Padahal nilai-nilai luhur yang mulai terkikis, itu merupakan ciri dan kepribadian bangsa Indonesia. Seperti sikap gotong royong dan kekeluargaan.
"Kegiatan gotong royong yang dulu selalu dilakukan masyarakat, saat ini semakin sulit ditemukan. Sebagai ganti adalah munculnya sikap individualisme dan hidup sendiri-sendiri," ungkap Lestari.
Untuk meminimalisir pengaruh buruk infiltrasi nilai-nilai asing, kata Rerie sapaan akrab Lestari harus ada upaya penguatan budaya lokal.
Menurutnya agar kemampuan budaya lokal dalam menahan dan mementahkan nilai-nilai asing makin kuat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah, mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda melalui jalur pendidikan, baik formal maupun non formal.
"Kalau kita kuat, seberapapun pengaruh asing yang masuk, tidak akan berpengaruh terhadap budaya lokal. Seperti Bangsa Jepang mampu mempertahankan budayanya sendiri, meski modernisme di negara itu bertiup sangat kencang," ujarnya.
Maka demikian, Ia berharap rakyat Indonesia bisa mencontoh kemampuan bangsa Jepang dalam melestarikan kearifan lokalnya. Apalagi, kearifan lokal Bangsa Indonesia sangat beragam.
"Kalau itu bisa dikelola dengan baik, tentu dapat memberi keuntungan bagi bangsa Indonesia sendiri," tandasnya.
Diketahui, ada lima pembicara yang ikut membahas tema FGD, yakni "Pemahaman Nilai Penting Warisan Budaya Dalam Penguatan Kebangsaan".
Kelima Nara sumber itu adalah, Arkeolog dan Pakar Cagar Budaya Mundardjito, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, Arkeolog Supratikno Raharjo, Antropolog Soraya Arif, serta Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Fitra Arda.[]