Sebagian Paru-parunya Pernah Diangkat, Paus Fransiskus Sebut Paham Rasanya jadi Pasien Corona

Dalam gambar ini, Paus Fransiskus sedang menghadiri audiensi umum di Kota Vatikan, pada 28 Oktober 2020 | Vatican Media Handout/EPA-EFE/Shutterstock
AKURAT.CO, Paus Fransiskus mengatakan dalam sebuah buku baru bahwa ia dapat memahami perasaan orang-orang di unit perawatan intensif yang takut meninggal akibat virus corona karena pengalamannya sendiri ketika sebagian paru-parunya diangkat 63 tahun lalu.
Surat kabar Italia menayangkan kutipan Paus dari buku baru 'Let Us Dream: The Path to A Better Future', pada hari Senin (23/11) menjelang penerbitan bulan depan.
Dalam buku itu, percakapan dengan salah satu penulis biografinya, warga Inggris Austen Ivereigh, Paus berbicara dalam beberapa pengalaman paling pribadi termasuk tentang pengalamannya di antara hidup dan mati.
baca juga:
“Saya tahu dari pengalaman perasaan mereka yang sakit virus corona, kesulitan bernapas karena terpasang ventilator,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Senin.
Paus adalah seorang seminaris berusia 21 tahun pada tahun kedua studinya untuk imamat di negara asalnya, Buenos Aires, ketika ia menderita sebuah penyakit yang salah didiagnosa sebagai influenza. Penyakit itu memburuk hingga ia dirawat di rumah sakit.
“Mereka mengambil sekitar satu setengah liter air dari satu paru-paru dan saya berada di antara hidup dan mati,” katanya.
Beberapa bulan kemudian dokter mengangkat lobus atas paru-paru kanannya. Hari ini, Paus berusia 83 tahun, terdengar terengah-engah setelah menaiki tangga.
“(Pengalaman) mengubah sikap saya,” katanya. “Selama berbulan-bulan saya tidak tahu siapa saya, apakah saya akan hidup atau mati, bahkan para dokter pun tidak tahu. Saya ingat suatu hari memeluk ibu saya dan bertanya apakah saya akan mati.”
Paus menceritakan bagaimana seorang biarawati yang bekerja sebagai perawat membantu menyelamatkan hidupnya dengan secara diam-diam menggandakan dosis penisilin dan streptomisin yang telah diresepkan oleh dokter.
“Berkat kontak rutinnya dengan orang-orang sakit, dia tahu apa yang dibutuhkan pasien lebih baik daripada dokter dan memiliki keberanian untuk menerapkan pengalaman itu,” ceritanya.[]