Soal Fenomena Mendewakan Keturunan Nabi, PP Muhammadiyah Tegaskan Tak Ajarkan Simbolisasi

Mantan Ketum PP Muhammadiyah Buya Syafii | AKURAT.CO/Heri Supriyatna
AKURAT.CO, Cendekiawan Ahmad Syafii Maarif menjadi sorotan terkait komentarnya soal fenomena mendewakan sosok pengaku keturunan nabi. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun ikut menyampaikan tanggapannya terkait fenomena yang disebut Ahmad Syafii sebagai bentuk perbudakan spritiual ini.
"Muhammadiyah mengajarkan orang untuk tidak bikin simbolisasi yang membuat kita lalu menjadi terjebak pada syirik," kata Haedar melalui daring dalam sesi konferensi pers Jelang Tarjih Muhammadiyah XXXI, Senin (23/11/2020).
Dalam agama Islam, diajarkan untuk memberikan penghormatan kepada nabi sebagai rasul. Bahkan, Tuhan mengajarkan umat Islam berselawat hanya kepada nabi tidak kepada yang lain.
baca juga:
"Jadi simbolisasi yang membuat kita bertentangan dengan nilai-nilai agama, memang tidak dibenarkan oleh Islam," tegas Haedar.
Haedar beranggapan, sudah selayaknya bagi seluruh tokoh agama menampilkan keberagamaan yang lurus dan bisa jadi teladan atau uswatun hasanah. Ketimbang mempertontonkan simbol.
"Uswatun hasanah yang akan menjadi contoh role model di dalam keberagamaan yang maju dan mencerahkan," paparnya.
Di dalam masyarakat yang tradisionil secara sosiologis, menurut Haedar, kultur mitos masih ada. Namun, bagi masyarakat egaliter hal-hal tersebut itu dianggap sesuatu hal yang tidak lagi berkembang.
"Karena itu Muhammadiyah lebih concern pada bagaimana agama itu dipraktikkan kata sejalan tindakan yang menampilkan perilaku, ucapan langkah dan perbuatan yang membawa kehidupan itu rahmatan lil alamin," ucapnya.
"Jadi prinsipnya bagaimana Islam ditampilkan dalam uswatun hasanah, olah umat maupun para tokoh, bahkan lebih-lebih untuk para tokoh karena tokoh ini kan kepala dan kepala harus jadi teladan agar nilai-nilai agama itu membawa pencerahan, perdamaian, ketertiban, kemudian kebaikan dan keluhuran hidup. Saya pikir itulah misi utama agama," kata Haedar menutup.