Kampanye Virtual Tak Dipatuhi Paslon, Kemendagri Sanjung Model Kampanye di Solo

Kasubdit Wilayah IV Direktorat Fasilitasi Kepala Daerah dan DPRD Ditjen Otonomi Daerah Kemendagri, Saydiman | AKURAT.CO/Webinar
AKURAT.CO, Komisi Pemilihan Umum (KPU) nampaknya harus bertindak cepat mengevaluasi model kampanye pasangan calon dalam kontestasi Pilkada serentak tahun ini. Pasalnya, berdasarkan temuan Kementerian Dalam Negeri, mayoritas kontestan masih menggunakan model konvensional di tengah pandemi Covid-19.
Fakta itu disampaikan Kasubdit Wilayah IV Direktorat Fasilitasi Kepala Daerah dan DPRD Ditjen Otonomi Daerah Kemendagri, Saydiman. Ia menyampaikan itu dalam webinar Sosialiasasi Tata Cara Pemungutan dan Penghitungan Suara pada Pemilihan Serentak Lanjutan dalam Kondisi Bencana Nonalam COVID-19 Rabu (11/11/2020).
"Ini menarik. Kampanye virtual rupanya belum jadi ajang kampanye favorit yang dilakukan Paslon. Karena pada saat data ini di update, baru 12 Paslon yang melakukan kampanye virtual," katanya.
baca juga:
Kampanye virtual, kata dia, kebanyakan dilakukan oleh Paslon di daerah-daerah kota. Sementara, sisanya, masih didominasi kampanye konvensional.
"Kebanyakan kampanye virtual itu dilakukan di kota-kota besar yang kebetulan melaksanakan Pilkada serentak," ungkapnya.
Dia mencontohkan daerah-daerah yang Paslonnya taat terhadap ketentuan kampanye virtual. Daerah-daerah tersebut patut dijadikan contoh penyelenggaraan Pilkada ideal di tengah pandemi Covid-19 yang tengah mengepung Indonesia. Misalnya kampanye virtual yang dilakukan Gibran Rakabuming Raka di Kota Solo.
"Ini contoh kampanye daring. Di Kota Solo, Bangil, dan Semarang," ungkapnya.
Seperti diketahui, penyelenggaraan Pilkada tahun 2020 ini diselenggarakan di 270 daerah. Saat ini, penyelenggaraannya telah memasuki masa-masa akhir akhir tahapan kampanye. Sebab, pencoblosan akan dilakukan pada 9 Desember mendatang.
Penyelenggara Pilkada serentak ditengah wabah ini menuai protes dari masyarakat. Sebab, wabah virus yang bermula di Kota Wuhan, Tiongkok itu hingga kini belum terkendali. Bahkan, angka kasus positif dan tingkat kematian masih tinggi. []