Milenial dalam Pusaran Politik

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO, Banyak yang meragukan, kapasitas, profesionalitas, dan integritas milenial dalam politik. Keraguan tersebut, bukan hanya datang dari generasi tua, tetapi juga datang dari kalangan milenial itu sendiri. Mampukah kaum milenial berkontribusi dan berprestasi di bidang politik. Atau sebaliknya, hanya menjadi objek dan korban politik.
Pernyataan Megawati, sang Ketua Umum PDIP yang menyinggung bahwa milenial hanya bisa melakukan demonstrasi dan belum banyak berkontribusi. Itu menjadi kritik, sekaligus autokritik bagi siapapun, yang merasa dirinya milenial.
Sindiran keras dari Megawati tersebut, membuat milenial meradang, marah, dan gerah. Namun tak bisa berbuat apa-apa. Namun milenial juga tak bisa disalahkan, atas carut-marutnya pengelolaan negara.
baca juga:
Jika pernyataan Megawati itu, ditujukan kepada staf khusus milenial presiden, maka bisa saja statement tersebut ada benarnya. Karena staf khusus milenial, yang gaji tinggi oleh negara, tak terlihat fungsi dan kontribusinya, baik untuk kaum milenial, maupun untuk bangsa dan negara.
Prestasinya tak ada, kerjanya tak kelihatan, cenderung main masing-masing, dan hanya menjadi asesoris istana, dalam gemerlapnya etalase politik, yang seolah-olah berpihak kepada kaum milenial.
Dua staf khusus milenial mengundurkan diri (Belva dan Andi Taufan), karena urus proyek pemerintah dengan perusahaannya sendiri. Jelas akan ada konflik kepentingan. Jelas menguntungkan diri dan perusahaannya. Dan jelas mencoreng nama milenial dalam ranah politik Indonesia.
Namun jika yang dikritik Megawati itu milenial secara umum, yang bisanya melakukan demonstrasi, maka pernyataan itu keliru. Jika milenial melakukan demonstrasi, itu bukan untuk dinyinyiri, bukan untuk disalahkan, dan dikecam. Tetapi kaum milenial sedang mengawal perjalan bangsa ini.
Karena ada yang salah, dalam tata kelola bernegara, negara sedang dalam keadaan tak baik-baik saja. Jika tak diluruskan dengan cara berdemonstrasi, maka republik ini bisa oleng dan ambyar.
Demonstrasi bukan lah barang haram. Bukan sesuatu yang dilarang. Bukan pula kesalahan bagi yang melakukannya. Justru demonstrasi merupakan bentuk ekspresi milenial, untuk mengawal bangsanya, agar tak salah arah dan salah jalan.