Peran Agama pada Masa Pandemi COVID-19

Petugas mengecek suhu tubuh jemaah yang akan melaksanakan salat Iduladha 1441 H di lapangan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (31/1/2020). Pengurus Masjid Agung Al-Azhar menerapkan protokol kesehatan dalam menyelenggarakan ibadah salat Iduladha berjemaah. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO, Agama itu seperti mempunyai dua sisi mata uang. Sisi pertama adalah ajaran-ajaran yang bisa ditafsir untuk memotivasi untuk perdamaian. Sisi ini sejalan dengan makna atau substansi misi agama-agama itu sendiri. Umat Islam mengucapkan "assalamualaikum", pesan keselamatan pada akhir sholat maupun setiap berjumpa orang atau membuka dan menutup pertemuan. Ajaran Kristiani juga mempunyai ajaran inti ajaran kasih sayang .
Agama-agama lain juga mempunyai ajaran misi yang serupa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa misi dasar dari agama adalah sejlan dengan makna asli agama itu sendiri yaitu keselamatan, kasih dan perdamaian.
Pada sisi mata uang lainnya adalah ajaran agama juga bisa ditafsir untuk memotivasi seseorang atau sekelompok orang melakukan kekerasan dalam berbagai bentuknya misalnya perang, kekacauan social, revolusi dan terorisme. Dalam khazanah Islam , ajaran jihad yang mempunyai dimensi makna yang luas sering ditafsir menjadi doktrin yang melegitimasi kekerasan dalam berbagai bentuknya; perang, pemberontakan dan terrorism.
baca juga:
Peran Agama Dalam Masa Pandemi Covid 19; Sacred Canopy
Dalam wajahnya yang damai, sejuk, tenteram nilai nilai suci agama sebagaimana yang disampaika oleh, seseorang sosiolog terkemuka Max Weber bisa menjadi tempat berteduh (sacred canopy) . Dalam peran ini agama menjadi solusi seorang dalam mengatasi persoalan-persoalan social, spiritual dan psikologi, Canopy adalah tempat seseorang untuk mencari perlindungan berteduh dari hujan atau panas Pesan-pesan suci agama (sacred) layaknya menjadi obat orang-orang yang sedang menderita kepanasan atau kehujanan spiritual atau psikologis
Pandemi Covid 19 yang mengantam seluruh dunia sejak sembilan bulan lalu telah memporak porandakan seluruh sector kehidupan umat manusia.. Untuk mencegah penularannya, masyarakat harus tinggal dirumah, bekerja, belajar dan beribadah di rumah. Selain mentaati protocol kesehatan seperti; menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan. Pandemi kesehatan ini telah memberikan dampak ekonomi , psikologi dan social. Berhentinya kegiatan masyarakat telah menyebabkan kelesuan atau bahkan resesi ekonomi. Kegiatan pasar, ekspor impor melambat atau bahkan pernah berhenti Berbagai sector industri gulung tikar yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja atau pengaguran . Berhentinya kegiatan masyarakat juga menghentikan sector sector informal dan menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan.. Berlarut-larutnya orang tinggal di rumah telahmengakibatkan muculnya stress depresi dan berbagai penyakit kejiwaan seperti cabin fever dan psikosomania. Meningkatnya pengangguran,kemiskinan telah menyebabkan meningkatnya berbagai jenis kriminalitas seperti pencurian, perampokan dan bahkan penyalahgunaan Narkoba. Jika tidak ditangani dengan baik, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan juga dikhawtirkan akan memunculkan ketegangan atau konflik social.
Dalam situasi seperti ini tokoh agama seperti ulama dai, muballigh, pendeta rabi bikhu yang mempunyai otoritas dan charisma di depan umatnya dapat menyampaikan pesan suci agamayang sejuk damai, memberikan ketenangan sehingga menjadi Canopy bagi umat yang berjuang mengatasi dampak Pandami 19. Para pemimpin agama bisa menyampaikan misi-misi spiritual agama seperti ibadah, doa dan amalan –amalan lain untu memberikan kedamain dan ketenangan . Nilai –niali seperti ketabahan, kesabaran, persaudaran/ gotong royong seiman , persaudaraan antar iman danpersaudaranan kebangsaan dan keamnusiaan (ukhuwah Islamiyan, Ukhuwah, wathaniah dan ukhuwah basyariah) perlu terus didengungkan . Ajaran-ajaran kedermawanan (charity) agama seperti Zakat Infak Shodaqo (ZIS) dalam ajaran Islam, perpuluhan dalam agama Kristen dan ajaran kedermawan agama yang lain bisa diarahkan untuk mengatasi persoalan ekonomi seperti meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran dan juga bantuan-bantuan kesehatan untuk melengkapi program dan upaya pemerintah.
Provokasi Agama Pada Masa Pandemi
Dibalik wajah agama yang damai untuk berteduh dari persoalan-persoalan psikologis , ekonomis dan social, Pada masa Pandemi ini juga muncul kejadian-kejadian yang memanfaatkan ajaran agama, menggunakan symbol-simbol agama untuk tujuan –tujuan yang tidak sejalan dengan misi inti dari agama itu sendiri. Alih-alih dijadikan tempat berteduh (sacred canopy) , ajaran dan smbol-simbol suci agama dijadikan media provokasi untuk tujuan kekerasan, kekacauan dan fitnah. Cara-cara ini bisa mengambil beberapa bentuk. Pertama, kelompok teroris dan radikal ISIS menafsirkan pandemi Covid 19 sebagai azab kepada kaum Thoghut. Mereka kemudian melakukan serangan terror di berbagai tempat yang mereka klaim sebagai dukungan ke Allah yang menurunkan azab itu. Cara pandang ini tentu saja tidak benar dan mengada-ada, karena Pandemi Covid ini menyerang seluruh umat manusia termasuk umat Islam di berbagai negara Muslim.