Demokrasi Para Rahwana
Pilkada 2020

Pebisnis makanan Gibran Rakabuming Raka saat meresmikan gerai terbaru Goola & Mangkok Ku di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Senin (21/10/2019). Produk minuman Goola berkolaborasi dengan Mangkok Ku, yang didirikan oleh putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep mendirikan outlet keduanya di Mal Kota Kasablanka. Kolaborasi itu bertujuan untuk mempermudah masyarakat yang ingin mendapatkan makanan dan minuman bercitarasa Indonesia. | AKURAT.CO/Endra Prakoso
AKURAT.CO, Demokrasi sejatinya mengundang rakyat untuk berkuasa, menjadi subjek bukan objek, menentukan bulat dan lonjongnya arah bangsa ini. Karena makna demokrasi secara sederhana, bisa diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyatlah yang berdaulat dan berkuasa. Bukan rakyat yang menjadi tumbal demokrasi seperti saat ini.
Demokrasi dijalankan dalam sebuah negara, karena dianggap merupakan sistem pemerintahan terbaik yang pernah ada. Namun demokrasi yang awalnya, memberikan kebebasan kepada rakyat untuk berkompetisi, baik di Pemilu, Pilkada dan kehidupan, akhir-akhir ini, dibajak oleh para Rahwana yang telah mengahadirkan dinasti politik dan oligarki.
Pilkada serentak tahun 2020 ini, terlihat sangat jelas bahwa yang bertarung adalah, mereka para raksasa, keluarga dari yang punya kuasa, uang, hukum, aparat, birokrasi, dan sumber kekuatan politik lainnya.
baca juga:
Rahwana, merupakan sosok raksasa yang bengis, kejam, sering berbuat onar, rakus, dan ingin menguasai apapun yang diinginkannya, termasuk dengan meculik Dewi Sinta, istri sang Rama, yang menjadi musuhnya.
Jika Rahwana muncul, maka rakyat akan ketakutan. Rakyat bisa dimangsa dan akan menjadi korban akan keganasan dan keserakahan sang raksasa tersebut.
Demokrasi saat ini, tak jauh beda dengan penguasaan kekuasaan pada tangan Rahwana. Sumber daya alam, juga sudah lebih dulu dikuasai para raksasa yang rakus tersebut. Negara tak punya uang, tak punya aset, dan tak berdaya menghadapi para Rahwana. Akhirnya, utang negara menumpuk, utang BUMN menggunung, dan rakyat pun banyak yang menderita.
Demokrasi yang tegak lurus, tak berbelok, dan tak dikuasai Rahwana, adalah demokrasi yang berdiri diatas kepentingan rakyat. Jadi rakyat yang diutamakan, rakyat yang disejahterakan, dan rakyat yang harusnya berkuasa. Bukan dikuasai.
Demokrasi di republik ini, telah dibajak oleh para Rahwana yang haus akan kekuasaan. Bahkan kekuasaan yang didapatkannya dengan cara menabrak aturan dan melakukan kecurangan, juga melakukan cara-cara menghalalkan segala cara, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Saat ini rakyat sudah tak berdaulat lagi, tak berkuasa lagi, tak berdaya, dan tak mampu berbuar apa-apa. Karena segala sesuatu di negeri ini diatur oleh para Rahwana. Rakyat hanya jadi korban dan dikorbankan. Siapa para Rahwana itu, bisa tanya pada rumput yang bergoyang.