KAMI dan Persoalan Bangsa

Deklarator membacakan hasil maklumat deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi, Jakarta, Selasa (18/8/2020). Dalam deklarasi ini sejumlah tokoh juga hadir dan ikut menjadi deklarator maklumat KAMI. | AKURAT.CO/Dharma Wijayanto
AKURAT.CO, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), yang dimotori Din Syamsuddin sedang menjadi pemberitaan nasional. Bukan hanya karena gerakannya, yang banyak melibatkan tokoh oposan terhadap pemerintah. Tetapi juga gerakan KAMI diperlukan, sebagai gerakan antitesa, atas tak berpihaknya eksekutif dan legislatif pada kepentingan rakyat.
Paling tidak, ada tiga hal menarik, atas hadirnya KAMI, di tengah-tengah perpolitikan nasional, yang telah dikuasai oligarki dan dinasti politik. Pertama, saat ini tak ada kekuatan penyeimbang di Parlemen. Oposisi tumpul dan mandul. Rakyat tak bisa berharap banyak, pada eksekutif dan legislatif, yang bekerja bukan lagi untuk kepentingan rakyat. Tetapi bekerja untuk kepentingan mereka masing-masing.
Aspirasi rakyat jadi tersumbat. Kehendak rakyat jadi macet. Keluh dan kesah rakyat tak ada yang memperhatikan. Rakyat ditinggal sendirian, hanya menjadi objek penderita bagi kekuasaan mereka.
baca juga:
Tak ada check and balance di Parlemen, membuat pemerintah keenakan, legislatif sudah seperti stempel, seperti pada masa Orde Baru, apa mau pemerintah selalu di-iyakan oleh DPR. Oleh karena itu, tak aneh dan tak heran, jika banyak kebijakan yang tak pro rakyat, direstui oleh pihak legislatif.
Kedua, bisa jadi hadirnya KAMI itu panggilan jiwa. Panggilan jiwa bagi tokoh-tokohnya, yang melihat nasib bangsa tak berarah. Ibarat perahu besar, tak tahu arah dan tujuan. Maka perahu besar itu, bisa oleng diterjang angin di tengah-tengah lautan. Republik ini sedang tak baik-baik saja, sedang dalam masalah, dan sedang mengalami degradasi di semua lini kehidupan.
Utang negara membumbung, utang BUMN juga tak terhitung, PHK dimana-mana, intelektual dibungkam, mahasiswa disandera, media diawasi dan dirusak infrastruktur IT nya, narkoba sudah disudut-sudut gang-gang perkampungan, sex bebas merajalela, dan kehidupan rakyat makin hari makin sekarat.
Panggilan jiwa itu tak bisa dikalahkan oleh apapun. Tak bisa diredam oleh tekanan kekuasaan. Panggilan jiwa itu juga merupakan panggilan Tuhan, bergerak dengan niat tulus dan ikhlas, untuk mengkoreksi jalannya pemerintahan yang salah arah.
Ketiga, tak perlu dicurigai pembentukan KAMI. Mereka hadir dijamin konstitusi. Dimana setiap warga negara, siapapun dia, berhak untuk berkumpul dan berserikat, dan bebas menyatakan pendapat secara lisan maupun tulisan di muka umum. Jadi hal yang wajar jika mereka para tokoh yang tergabung dalam KAMI ingin ambil bagian dalam memperbaiki bangsa ini.
Pemerintah juga jangan paranoid. Jangan menuduh yang aneh-aneh atas gerakan KAMI. Mereka seharusnya dijadikan mitra bagi pemerintah, dalam menjalankan dan mengelola negara.