Interview Siti Fadilah, dari Keadaannya di Penjara yang Mengharukan, Blak-blakan Covid-19 sampai Fitnah yang Menyerangnya

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari | AKURAT.CO
AKURAT.CO, Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan AKURAT.CO pekan lalu, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari sedang sakit asma dan batuk-batuk kecil.
Itu sebabnya, Siti menjawab pertanyaan AKURAT.CO dengan cara mendiktekan jawaban ke teman di penjara Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Ternyata sakit yang dirasakan Siti tak kunjung sembuh sehingga beberapa waktu yang lalu, dia dibawa ke RSPAD Jakarta untuk menjalani perawatan.
baca juga:
Dalam wawancara pekan lalu, dia menceritakan pengalaman di penjara di tengah pandemi yang bisa membikin trenyuh. Selain cerita soal kondisi kesehatannya yang kurang baik, Siti juga mengungkapkan kekhawatiran atas keselamatannya karena di usia – 70 tahun -- yang sangat berisiko tertular Covid-19, tetap dibiarkan berada di dalam penjara.
“Ya bukan khawatir lagi, sekarang ini ada 50 orang WBP (warga binaan pemasyarakatan) terkena corona dan itu ada di blok saya. Sebagian dirujuk ke (rumah sakit darurat) Wisma Atlet sebagian ada di sini sebagai ODP (orang dalam pemantauan).”
“Kalau saya bisa menerapkan protokoler pandemik dengan betul, maka saya sudah dirumahkan karena saya sekarang sebagai ODP, umur 70 tahun dengan risiko tinggi. Tapi pimpinan menkumham tidak memberi saya isolasi mandiri di rumah atau dirumahkan. Untuk napi lainnya yang umurnya lebih dari 60 tahun sudah dipulangin atau di tahanan rumah atau dirumahkan.”
Siti juga memberikan penilaian secara umum mengenai penanganan pandemi Covid-19 di dunia serta konsekuensinya.
Dari pengalaman panjang di dunia kesehatan, Siti sangat yakin sesungguhnya sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dengan negara manapun. Tetapi ada salah satu kendala yang dihadapi di negara ini: biaya penelitian.
Siti mengabdikan hidupnya untuk negara. Kemudian dia dijerat kasus yang membawanya ke penjara. Sudah 3,5 tahun Siti menjalani hukuman (sisa sekitar empat bulan lagi). Dia mengatakan walaupun telah diganjar hukuman, kecintaan pada Tanah Air tidak pernah goyah.
Dia divonis hakim pada 2017 dalam kasus pengadaan alat kesehatan tahun 2005. Hakim menjatuhkan hukuman empat tahun penjara dan membayar denda Rp200 juta subsider dua bulan kurungan.
“Saya hanya ingin negara kita berdaulat dan bisa mencapai cita-cita kemerdekaan sesuai dengan preambule UUD 45. Kok saya dimusuhi hampir seluruh elite negeri ini. Ada apa di negeri kita? Katanya negara demokrasi, orang bebas berpikir berpendapat dan bersikap. Lha ini cuma berpikir saja kok tidak boleh,” kata Siti ketika korespondensi dengan AKURAT.CO.
Untuk lebih jauh, simak petikan hasil wawancara dengan Siti Fadilah berikut ini:

Assalamualaikum Bu Siti, bagaimana kabar hari ini?
Waalaikumsalam. Kabar hari ini saya sedang sakit asma saya kambuh dengan batuk-batu sedikit. Tapi tidak panas.
Jadi jawaban pertanyaan saudara saya diktekan kepada teman sekamar saya.
Apakah Anda merasa khawatir Covid-19 masuk ke dalam lapas?
Ya bukan khawatir lagi , sekarang ini ada 50 orang WBP terkena corona dan itu ada di blok saya. Sebagian dirujuk ke (rumah sakit darurat) Wisma Atlet sebagian ada di sini sebagai ODP.
Bagaimana Anda menerapkan protokol kesehatan di dalam penjara?
Kalau saya bisa menerapkan protokoler pandemik dengan betul, maka saya sudah dirumahkan karena saya sekarang sebagai ODP, umur 70 tahun dengan risiko tinggi.
Tapi pimpinan menkumham tidak memberi saya isolasi mandiri di rumah atau dirumahkan.
Untuk napi lainnya yang umurnya lebih dari 60 tahun sudah dipulangin atau di tahanan rumah atau dirumahkan.
Pemerintah telah melanggar HAM. Orang tua umur 70 tahun dengan hipertensi denga diabet, dibiarkan didalam zona merah gara-gara PP 99. Apakah PP 99 itu tidak kenal HAM?
Oke kalau PP 99-nya tidak kenal HAM apa ya pejabat negara tidak kenal HAM? Dan dari kemenkumham sampai ke jajarannya tidak melihat segi kemanusiaannya? Aneh Kegawatan kesehatan masyarakatnya tidak digubris. Jadi negara ini setengah-setengah menghadapi Covid.
Anda pastinya mengikuti perkembangan penyebaran Covid-19 di dunia, apa yang Anda rasakan melihat itu semua?
Ya seperti inilah konsekuensi dari pandemik yang dirasakan oleh semua negara di dunia. Padahal harusnya bisa dihindarkan pada saat golden period yaitu antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Januari kalau China mau.
Dibelakang pandemi selalu ada orang-orang yang punya kepentingan membuat pandemi terjadi.
Kalau pandemi sudah dinyatakan oleh WHO dan tidak ada yang melawannya lagi ya kejadiannya seperti ini. Domino efeknya . Ujung-ujungnya ada yang jualan vaksin untuk orang sedunia.
Bagaimana Anda menilai penanganan pandemi Covid-19 di dunia?
Saya tidak bisa menilai satu satu tapi menurut saya lockdown hanya bisa sukses di negara yang otoritarian seperti RRC, kalau diaplikasikan di negara dengan azas demokrasi? Maka akan hancur lebur, sudah tidak bisa mengerem korban ekonomi pun hancur lebur.
Anda tentu tak pernah ketinggalan informasi bagaimana pemerintah Indonesia menangani Covid-19, bagaimana penilaian ibu terhadap hasil penanganan yang sudah dilakukan pemerintah?
Saya tidak mau menilai.
Apa tanggapan Anda terhadap strategi/kebijakan pemerintah RI (Kemenkes) dalam menghadapi Covid-19?
Saya tidak mau comment.
Anda di akhir April lalu menyurati Presiden Joko Widodo, antara lain pesannya berisi saran-saran untuk solusi percepatan penanganan Covid-19. Apakah Anda melihat saran-saran tersebut mulai dijalankan pemerintah?
Wah ya saya tidak bisa melihatnya, kan saya ada di penjara.
Dalam surat Anda yang ditujukan kepada dokter Indi (13 Mei), Anda sepertinya geregetan sekali karena nggak bisa berbuat banyak menyaksikan apa yang terjadi di luar penjara. Anda menyebut "Penjahat-penjajat tu berulah lagi. Kali ini China yang dikerjain dan juga Amerika." Bisakah dijelaskan lebih jauh mengenai maksud dari kalimat itu?
Ya yang membuat pandemi kali ini sama dengan penjahat yang berusaha membuat pandemi flu burung 2006.
Yang membuat pandemi itu biasanya yang mendapat untung setelah ada pandemik, jualan vaksinlah jualan obatlah jualan alat kesehatan. Siapa yang paling getol? Barangkali ini tanda yang paling gampang dilihat dan jarang salah.
Anda juga sedang menulis catatan harian yang ditujukan untuk Presiden China Xi Jinping. Anda sepertinya menaruh harapan besar kepada Presiden Xi Jinping untuk menjawab konspirasi dengan politik. Menurut Anda kalau Presiden Xi Jinping tidak menjawab konspirasi dengan politik, apa konsekuensinya?
Ya seperti inilah konsekuensinya. China jadi korban at least Wuhan. Tapi karena RRC tangguh dan otoriter mengatasi pandemik di Wuhan mudah saja. Tapi di negara lain? Ampun-ampunan. Maka saya sedih kenapa China diem saja.
Apa tangapan Anda terhadap dominasi kepentingan negara maju dalam WHO?
Setiap dominasi suatu negara terhadap lembaga dunia (WHO) adalah untuk menguasai kebijakan lembaga tersebut untuk dunia. Negara donor tersebut mengharapkan kelak akan menguntungkan negaranya.
Apa tanggapan Anda terhadap kendala SDM dan teknologi Indonesia dalam penelitian/pembuatan anti virus Covid-19 (belajar dari kasus SARS)?
Kalau SDM kita tidak kalah dengan negara manapun teknologi umum oke juga. Mungkin yang tidak punya adakah biaya research-nya. Dan ini bahaya kalau dibiayai oleh orang asing yang punya kepentingan terselubung.
Apa tanggapan Anda terhadap mafia obat dan alat kesehatan?
Wah saya tidak tahu tentang mafia obat dan kesehatan.
Anda sekarang sudah 3,5 tahun di dalam penjara dan Anda bilang dalam surat 13 Mei, semuanya sudah menjadi biasa tidak ada dendam tidak ada penyesalan. Anda menunjukkan tetap semangat cinta bangsa dan negara tidak pernah surut. Bagaimana ibu bisa tetap menjaga spirit itu sampai sekarang?
Spirit itu ada di dalam ruh dan jiwa saya. Maka dia tidak pernah padam dalam keadaan apapun juga. Karena spirit perjuangan saya itu juga saya dipenjara dengan fitnahan yang sama sekali tidak saya lakukan.
Saya hanya ingin negara kita berdaulat dan bisa mencapai cita-cita kemerdekaan sesuai dengan preambule UUD 45. Kok saya dimusuhi hampir seluruh elite negeri ini. Ada apa di negeri kita? Katanya negara demokrasi, orang bebas berpikir berpendapat dan bersikap. Lha ini cuma berpikir saja kok tidak boleh.
Oleh banyak kalangan, Anda sangat dibutuhkan untuk membantu mengatasi pandemi Covid-19. Sekitar April lalu, desakan lewat tagar #BebaskanSitiFadilah supaya ikut bantu atasi pandemi Covid-19 trending topic di media sosial. Bahkan juga muncul sebuah petisi di laman change.org agar Anda dibebaskan. Apa pendapat Anda soal itu?
Saya mendengar petisi saya di-hack setelah mencapai 50 ribu.
Saya heran kok masih ada orang yang khawatir kalau petisi saya itu mencapai satu juta. Padahal saya yakin kalau diteruskan akan bisa mencapai sepuluh juta menandatangani (ini perkiraanku karena itu kemanusiaan).
Pada pertengahan April 2020, Anda bersuara mengenai vaksin Bill Gates dan obsesinya. Apakah ada hubungan Bill Gates dengan Indonesia?
Justru karena saya tahu Bill Gates membantu banyak lembaga research kesehatan di sini dan juga nyumbang Bio Farma dalam pembuatan vaksin.
Apa yang terjadi sesungguhnya ketika Anda dulu meminta Namru dibubarkan? Setelah itu, Anda terseret kasus hukum yang kemudian membawa ke penjara?
Wah ceritanya panjang. Entar kesempatan lain. []