Entertainment

Ndarboy Genk: Saya Mau Coba Bikin Dangdut Seperti Rhoma Irama

Ndarboy Genk: Saya Mau Coba Bikin Dangdut Seperti Rhoma Irama
Penyanyi Ndarboy Genk, Ndarboy, dalam sesi wawancara di kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/3). (AKURAT.CO/Sopian)

AKURAT.CO, Terlahir dengan nama asli Heralius Daru Indrajaya, Ndarboy telah menjadi “fenomena” musik pop di Pulau Jawa. Tampil bersama grupnya, Ndarboy Genk, Ndarboy adalah penyanyi dangdut-pop-campur sari generasi terbaru yang lagu-lagunya telah mencapai 75 juta view di Youtube.

Menulis dalam lagu berbahasa Jawa, Ndarboy Genk, ternyata memulai dunia musiknya sebagai pelajar sekolah musik jurusan seriosa. Tak nyaman dengan “musik akademik”, pria asal Bantul, Yogyakarta, kelahiran 1995 melakukan pemberontakan dan memilih jalur campur sari.

Akurat.co mengunjungi Ndarboy Genk di sebuah hotel di Kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/3). Hari ini, Sabtu (4/3), Ndarboy akan tampil di penutupan Liga Akurat Zulhas Cup 2023 di GOR Pandanaran, Wujil, Kabupaten Semarang.

baca juga:

Dalam kesempatan ini, Ndarboy menceritakan tentang kepatuhan dan penolakannya terhadap tuntutan orang tua yang memintanya menjadi guru, perjuangannya sewaktu berjualan pecel di Semarang, sampai dengan keinginannya untuk menciptakan lagu dengan warna seperti Rhoma Irama. Berikut petikannya:

Bisa diceritakan bagaimana awal Mas Boy berkenalan dengan musik?

Awal mula aku fokus musik, berkenalan dengan musik itu, dulunya waktu SD, kelas enam itu udah ikut paduan suara, mulai les vokal dikasih kesempatan sama keluarga les vokal, ya mengasah keterampilan lah anak kecil. Dari situ kok menemukan bermain musik atau bernyanyi kayak kebahagiaanku nih, bukan sekadar hobi, bukan sekadar waktu yang saya sempatkan terus saya senang, tapi kayak, wah, ini nih cita-citaku, gitu.

Terus di situ, SD kan, SMP saya di sekolah negeri biasa gitu, enggak bisa ngikutin pelajaran. Karena saya sudah ikut aktfitas musik semua, jadi paduan suara, SMP udah bikin band, terus sempat rekaman juga dulu hip-hop dangdut saya Mas. Hip-hop dangdut dengan lirik Jawa, itu SMP sekitar tahun 2010 lah.

Ndarboy Genk: Saya Mau Coba Bikin Dangdut Seperti Rhoma Irama - Foto 1
Ndarboy Genk. Akurat.co/Sopian.

Nah, ternyata di akhir ujian nasional, dulu kan ujian nasional masih pake NEM, ternyata pelajaran saya di luar musik itu nilainya jeblok, nilainya tidak memuaskan. Ooh, jadi aku memang harus, keahlianku di musik nih. Jadi aku memilih untuk pendidikan (musik).

Jadi dari keluarga, itu sudah mulai kayak ‘ya kamu musik, tapi harus musik yang berpendidikan, bukan musik yang seni murni, bukan jadi musisi atau apa gitu, bukan jadi seniman, tapi jadi pendidik’. Makanya, orang tua saya mendukung saya untuk melanjutkan dari SMP itu melanjutkan ke Sekolah Menengah Musik, SMM Yogyakarta, (atau) SMK Negeri 2 Kasihan.

Di situ memang iklimnya, Wiyata Mandala kan, ada SMSR seni rupa, seni tari, saya di situ belajar. Saya ambil jurusan mayor vokal, seriosa. Jadi yang tadi paduan suara, hip-hop dangdut, jadi seriosa gitu mbaca not balok gitu. waduh, kok enggak nyaman nih, enggak suka aku dengan musik yang diatur, tertulis gitu, harus dengan teori musik, bernyanyi harus dengan teknik seperti ini dan lain-lain, enggak nyaman.

Tapi itu tuntutan orang tua kan, oh ya, saya mau lanjut ke seni murni setelah lulus. Saya mau lanjut seni murni di ISI kan, ISI Yogyakarta. Enggak boleh, sama orang tua enggak boleh. Boleh di musik tetapi jadi guru atau pendidik. Waduh, ya udah, saya ndaftar di ISI, terus saya SNMPTN.

Saya ndaftar itu, UNY sama Unnes di luar ISI. Saya berharap ini enggak lulus biar masuk ISI. Saya udah ngerjain enggak niat. seperti itu, lah ternyata diterima di Unnes. Saya sempat, enggak mau aku pendidikan, aku maunya di ISI. Unnes kan harus di Semarang aku, padahal aku tempat tinggalnya di Jogya.

Enggak, kamu pokoknya harus di Unnes, di negeri, pendidikan seni musik.’ Ya udah lah, ngikutin orang tua. Terus kuliah, terus saya di kuliah itu, saya mulai enggak nyaman aku jadi pendidik itu enggak nyaman mempelajari pendidik. Terus saya banyakin aktifitas untuk berkarya. Jadi uang jajan saya saya kumpulin untuk rekaman, untuk membuat lagu, gitu sampe kurang-kurang.

Terus ada yang namanya Mas Hendra, itu sudah kayak kakakku sendiri, kayak saudara. Itu kan (dia) kalo di Semarang udah kayak punya nama, (main musik) reguleran, utang (sama dia), ‘Mas, utang Mas’ rekaman, enggak buat aneh-aneh.

Terus, lagu-lagu itu saya kumpulin, lulus kan, bagaimana saya menuntaskan kewajiban saya pada orang tua. Lulus saya cepat, 3,5 tahun lulus dengan IPK bagus juga, karena saya sudah lulusan SMM kan. Cuma tinggal ngulang gitu.

Ndarboy Genk: Saya Mau Coba Bikin Dangdut Seperti Rhoma Irama - Foto 2
Ndarboy Genk. Akurat.co/Sopian.

Sudah lulus habis itu penentuan saya, gimana ni? Mau ndaftar jadi abdi negara, jadi PNS, atau jadi seniman? Di situ, saya dari orang tua, tuntutan keluarga, memang guru kan, pendidikan semua. Udah saya tetap ndaftar PNS, tapi waktu tes, saya tidur. ‘Gimana Lik? Bisa?’ Bisa, aman, aman. Lah, enggak lolos, aman.

Terus daftar kedua enggak lolos lagi dan pada akhirnya saya jual motor, terus saya jualan pecel, jualan leker, jualan gerobak, kue leker. Itu di Semarang. Karena di Jogja sudah dikejar-kejar untuk daftar honorer dulu. Wah, gimana nih aku meninggalkan sirkel keluargaku nih?

Terus aku stay di Semarang, yang penting aku udah putus ndak minta kiriman ndak minta ini-itu. Padahal aku di sini sebetulnya aku selama satu tahun ndak punya kos, terus makan bagaimana caranya, terus ternyata warung juga sulit, ndak naik tapi malah modalnya buat tombok terus, buat nombokin itu.

Di situ juga saya sempat pacaran, nah itu aku mulainya di lagu Balungan Kere itu karena di fase itu saya punya pacar udah hampir empat tahun selama kuliah lah, putus juga. Karena tidak mendukung jalur saya.

Jadi yang tidak mendukung bukan cuma teman-teman saya, keluarga saya, pacar saya juga. Nah, di situ titik terendah saya sampe, udah aku, mau bayar token listrik aja enggak bisa, terus ternyata ini kegelisahan yang jadi berkah buat saya sampai sekarang, judulnya Balungan Kere.

Itu tahun 2016 dan 2017 itu lagu saya nyanyikan, saya rilis, bam! (Waktu rilis) single, karena buat single aja utang-utang boro-boro bikin album. Dari jualan pecel itu tadi. Dan lagu itu ternyata diterima masyarakat, banyak orang yang suka, ternyata perasaanku itu mewakili perasaan banyak orang.

Dan lagu itu banyak yang ngover-ngover, banyak yang dulu kan ada orkes-orkes dangdut gitu, minta izin, enggak tahu bagaimana melisensikan lagu dengan baik dan benar, dulu kan yang penting upload di Youtube, lagunya didengerin orang udah seneng.

Ternyata di situ banyak yang mencuri audioku, terus melisensikan, ya saya ndak dapat apa-apa selama hampir dua tahun itu dari lagu Balungan Kere itu. Terus, dari panggung juga enggak dapat panggungan karena kan dicover sama mbak-mbak-e, zaman dulu kan ada Via Vallen, ada Nella (Kharisma), dia masih sering ngover di Jawa Timuran di orkes-orkes gitu, jadi yang dapet job mereka karena tahunya orang-orang yang mempopulerkan lagu itu mereka. Ohh jadi kita itu punya karya bukan cuma dilempar yang penting orang banyak dengerin tapi kita juga harus tahu bisnisnya, tahu bagaimana prosedurnya memasarkan ini, branding, gitu.

Ndarboy Genk: Saya Mau Coba Bikin Dangdut Seperti Rhoma Irama - Foto 3
Ndarboy Genk. Akurat.co/Sopian.

Dari situ, saya muncullah buat lagu selanjutnya dengan muncul diri saya, di video klip saya ikut lipsync dan lain-lain. Ohh lagunya udah mulai naik mau di-cover-cover lagi, ohh tunggu dulu, enggak boleh, jadi emang pertumbuhannya agak kurang tapi orang jadi notice, ohh Ndarboy tho.

Ohh ini muaranya Ndarboy, ohh ini lagunya Ndarboy. Dari situ mulai kita menata manajemen dan lain-lain, terus setelah dua tahun itu ndak dapat royalty, lagu dicuri orang, sampai kita mempelajari, (secara) mandiri itu, bagaimana men-delivery sebuah karya, hak cipta itu ke WAMI (Wahana Musik Indonesia-publisher).

Terus meng-collect orang-orang yang meng-cover itu lewat publisher. Terus tempat-tempat karaoke lewat WAMI itu. Terus melisensikan orang-orang yang upload audio itu lewat platform digital, lewat agregator. Men-delivery itu, mempelajari kontrak bisnis musik, Bbahasa musik, seperti itu sampe sekarang kita semua lakukan itu dengan mandiri dan percaya diri.

Berkat ya itu tadi, apa ya, dibohongi orang, banyak orang yang datang ke sini, ‘wah izin lagu ya?’ Tanda tangan, ternyata kita tanda tangan itu sama saja menyerahkan master hampir dua tahun itu baru kita bisa merasakan nikmat dari karya itu ya dari panggung ya dari streaming digital. Mulai rilis tahun 2017, (baru mendapat hasil) sekitar tahun 2019, sebelum pandemi. Audionya naik, udah orang tahu nih, mau manggung-manggung, terus pandemi.    

Dulu awal paduan suara di mana?

Di sekolah, di desa-desa. Terus ikut agensi-agensi paduan suara itu banyak kan.

Waktu ngeband semasa sekolah, musik apa yang Mas bawakan?

Itu, hip-hop dangdut. Terus, SMA itu saya (main) rock, sampai punya album juga, nama band rock saya dulu di Jogja itu Revive. Terus di Semarang kita juga sudah menciptakan dua album, itu SKA. Jadi beda-beda itu, saya sudah melewati fase genre banyak dan masuk ke komunitas-komunitas musik yang banyak juga, reggae dan ska, di kuliahan itu.

Terus sampai di titik, ya itu tadi, teman-teman saya sudah meninggalkan saya, mereka lulus memilih untuk menjadi pegawai bank, ada yang jadi guru, pacar saya mutusin saya, saya tetap jadi ngulek pecel, saya pagi harus belanja, nyiap-nyiapin, nunggu nasi mateng saya gitaran buat lagu, nulis, perbendaharaan lagu biar banyak.

Sebenarnya saya dulu, nyanyi di wedding-wedding, tapi kayak-nya bukan passion saya juga nih. Bener nih aku hidup di musik tapi saya ngiringin orang makan terus saya nyanyiin lagu orang? Kayak-nya memang harus bener-bener mempersiapkan master lagu menyiapkan karya.

Waktu rekaman, Mas melakukannya sendiri atau bersama band?

Ada (band), sampe sekarang pun masih. Ada adik-adik tingkat di kampus, ada kakak-kakak tingkat, dibantu sama temen saya itu, Mas Hendra.

Bagaimana bisa bertemu dengan teman-teman yang akhirnya jadi band?

Di lingkungan kuliah. Karena memang kuliah musik kan. Tapi di luar dari band yang saya waktu kuliah, yang ska, yang sirkel-sirkel itu sudah jadi orang-orang abdi negara lah. Ya udah mau merintis menjadi abdi negara.

Ya saya kembali menjadi orang-orang yang satu visi-misi saya. Jadi menurut saya, saat kita berkembang kita juga harus tahu nih, kita harus menetas di tempat yang benar. Saat kita berkembang tapi di tempat yang salah, itu akan beda hasilnya.

Saya tidak bertemunya (lingkungan) di teman-teman (band sebelumnya), tidak. Setelah saya ditinggalin gitu, itu saya baru nemuin kayak-nya dianya itu suka main gitar, suka kayak aku, padahal nongkrong ya nongkrong sendiri-sendiri karena aku punya sirkel bandku tadi itu kan. Ya aku apa-apa sama anak bandku itu, ngontrak juga di situ, bareng orang-orang itu.

Terus saya mulai mendekati, saya ajakin adik-adik, oh nih kayak-nya nyeni nih orang nih, ayo sini, main nongkrong, nyambung. Jadi, selama empat tahun kemarin aku salah sirkel nih. Tapi itu juga enggak salah sih, itu adalah proses pembelajaran saya.

Proses penciptaan lagu Ndarboy Genk bagaimana?

Pertama nulis sendiri dulu, pake gitar gitu. Terus kita gubah masuk studio kan dibantu arranger kan, ‘oh ini, bridge-bridge-nya enaknya kayak gini nih’, oh ini nadanya enaknya ini nih, terus kalau masalah akord sering dibantu sama teman-teman yang ada di studio itu, siapa yang baru megang gitar ‘tolong dibenerin dikit, ini akordku bener enggak nih? Enaknya dibuat gimana ini?’.

Jadi kita demo dulu pake hape, hape-nya kredit di Home Kredit itu, karena hape, udah, motor dijual hape dijual buat bayar kontrakan itu Mas. Dari (demo) hape itu terus kita gambar di software, dulu enggak bisa nih bayarin banyak player jadi ya yang bisa digambar ya digambar, drumnya digambar, gendangnya digambar, baru nanti gitarnya minta tolong orang gitu.

Mengapa memilih ada unsur gendang di musik Ndarboy Genk?

Karena dulu kan (saya main) hip-hop dangdut, sudah ada gendangnya kan tapi dicampur dengan musik loop, musik-musik dub gitu. Terus, nah itu tadi pengalaman saya kegelisahan saya itu kok ditulis menjadi lagu-lagu yang cidro, lagu-lagu yang sakit hati. Ini kalau dibuat hip-hop dangdut enggak pas nih, karena aku maunya juga balik karena dulu pernah hip-hop-an dangdut, wah enggak pas nih. Bagaimana tak buat campur sari yo? Gitu, jadi bagian song-nya dibuat pop, bagian bridge-nya dibuat keroncong, dangdut agak kalem, gendangnya gendang dangdut tapi ada keroncongnya, terus habis melodi kita angkat jadi koplo.

Ndarboy Genk: Saya Mau Coba Bikin Dangdut Seperti Rhoma Irama - Foto 4
Ndarboy Genk. Akurat.co/Sopian.

Dari situ, kok enak? Lho, ini aku menemukan selama dari aku tahun 2010 aku mulai bermusik sampai 2016 itu ternyata lagu yang membuat aku bahagia, aku nyaman, ini. Terus aku terusin dari situ makin giat bikin lagu, ngulik lagi tentang campur sari, itu rules-nya gimana, pattern-nya gimana, isi-isiannya, warnanya seperti apa, terus pop campur sari itu gimana, keroncong campur sari itu gimana, koplo itu gimana. Koplo itu banyak. Jadi dangdut itu music of my country kan, tapi dangdut itu punya banyak ciri dan karakter di daerah masing-masing.

Jadi dangdutnya Jogja seperti ini, Jawa Timur seperti ini, Jawa Tengah seperti ini, Pantura seperti ini, nah itu diulik, terus kita berkarya udah tahu gambarannya, oh bagian ini mau tak buat Panturaan, yang di sini tak buat dangdut klasik, jadi ya campur-campur, jadi campur sari itu tadi.

Siapa yang Mas jadikan referensi untuk musik dengen genre seperti itu?

Ya kalo keroncong ya Soendari Soekotjo, mungkin yang populer-populer ya, saya belum sempat mengulik sampai-sampai yang akar-akarnya banget. Sampai sekarang pun saya masih belajar tentang sejarah, yang populer ya Pak Didi (Kempot) yang saya lihat lho, warna musik popnya, akord-akordnya.

Kalau lagu dangdutnya Ndarboy kan akordnya kan akord-akord pop, dibuat minor mayor, saya ngelihatnya Dewa 19, Cold Play, Sheila On 7, kalo Cold Play itu biasanya saya ambil dari ambience-ambience-nya, kan British kan, efek-efek suaranya itu. Kalo koplonya masih Panturaan, masih Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY gitu.

Terus dangdutnya masih dangdut pop biasa. Belum yang kayak Rhoma Irama, itu belum pernah, mau coba ini besok, semoga nanti di album kedua ini, yang bertajuk Anak Lanang ini, saya ingin menggabungkan di dalam album itu ada satu lagu yang benar-benar dangdut klasik, dangdut root-nya Rhoma Irama.

Kalau campur sari kan udah ada, Balungan Kere, Wong Sepele, kan gitu. Dangdut pop udah ada, dangdut koplo udah ada, dangdut klasik belum ada, mungkin nanti mau featuring sama Nasida Ria, jadi bagaimana dangdut sama kasidah.

Jadi, mumpung saya masih muda, saya mau eksplor gitu. Makanya kalo ada yang tanya, Ndarboy itu genrenya apa? genrenya ya Ndarboy Genk. Musiknya dangdut, udah dangdut, gitu wae, karakternya karakter Ndarboy Genk. Dangdut apa ya? Dangdutnya Ndarboy Genk, kita membuat warna sendiri.

Banyak kan kalau denger dangdut itu, walaupun punya pattern-pattern yang beda-beda, tapi enggak ada namanya, (misalnya) dangdut Jawatimuran, dangdut polanya Rhoma Irama, campur sari, Mantosan, Didikempotan. Gitu kalo orang-orang dulu, saya juga pengen gitu. Ndangdutnya iki piye modele? Umpamanya besok ada generasi selanjutnya yang ngulik lagu dangdut nih, dangdutnya buat apa? Dangdutnya Ndarboy. Bolehlah nanti teman-teman ngulik sendiri, Ndarboy itu dangdutnya beda dari yang lain.

Banyak video klip lagu Ndarboy Genk bernuansa komedi. Mengapa memilih komedi?

Ya karena nganu tho Mas, lagunya udah galau. Liriknya udah galau, nuansanya udah galau. Tapi musiknya rancak buat joget gitu. Jadi, apa nih ornamen yang membuat energi ini menjadi suatu hal yang realita enggak sulit diterima?

Karena mungkin 70 persen penikmat dangdut itu yang enggak mau yang ribet-ribet begitu. Yang mikir-mikir gitu enggak mau. Mungkin kita sambil jagungan, nonton pasar malam atau nyetir mobil nyetel lagu enggak mau nonton video klipnya mungkin ya. Cuma ada beberapa yang mau mengapresiasi video klipnya. Biar ringan aja, biar agak mudah aja, udah lagunya galau, terus videonya serius, kok malah..soalnya yang serius-serius udah ada pasarnya sendiri.

Yang mengerjakan video klip Ndarboy Genk dari tim sendiri atau menggunakan pihak luar?

Tim sendiri. Jadi dari konsep tetap saya sendiri, produser saya sendiri, scriptwriter biasanya saya sendiri. Tapi kalo pas proyek besar ya kita kasih kan ke vendor, ada yang dibikin vendor, ada vendor Jogja. Mboten (Saget Sungkem) itu salah satunya ada Mas Nopek, ada Mas Fury, Mas Pur Ojek Pengkolan, karena memang teman.

Jadi menurutku sekarang kita bisa punya power orang bisa tahu kita dikenal lewat lagu-lagunya ya dilihat sosoknya. Menurutku ini bukan waktunya kita melulu mencari uang, tapi kita kadang juga harus kembali ke bawah, merangkul teman-teman kita yang, oh nganggur ayo, terus energi kita, power kita bisa untuk berkenalan dengan orang baru.[]