
AKURAT.CO Menteri Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, penanganan kemiskinan ekstrem di Indonesia membutuhkan banyak variabel pendekatan.
Artinya, kata dia, tidak bisa hanya mengandalkan bantuan sosial (bansos). Sebab, bansos dia ibaratkan hanya seperti obat gosok, balsem. Tak menyelesaikan penyakit.
"Kemiskinan ekstrem tidak cukup diberi dengan bansos. Bansos itu kalau untuk tangani kemiskinan ekstrem seperti balsem. Jadi obat semua penyakit tetapi sebetulnya tidak menyelesaikan penyakit. Hanya menyelesaikan rasa sakitnya aja. Tetapi penyakitnya tidak selesai," kata Muhadjir dalam keterangannya usai mengunjungi Kabupaten Probolinggo, Sabtu (30/10/2021).
baca juga:
Lebih lanjut, dia menyebutkan Probolinggo, khususnya Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu wilayah yang masuk kategori kemiskinan ekstrem tinggi.
Berdasarkan data, di Provinsi Jawa Timur total jumlah penduduk miskin ekstrem mencapai 508.571 jiwa. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 114.250 jiwa penduduk miskin ekstrem berada di Kabupaten Probolinggo.
"Tentu saja karena Probolinggo ini kota dan kabupatennya satu tempat yang tidak bisa dipisahkan, maka sebetulnya kemungkinan juga ada miskin ekstrem di Kota Probolinggo yang jumlahnya cukup banyak," tuturnya.
Turut mendampingi Menko PMK Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin, Direktur BPJS Ketenagakerjaan Zainuddin, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur Dyah Wahyu Ernawati mewakili Gubernur Jawa Timur.
Menko PMK mengatakan, salah satu yang menjadi perhatian Presiden adalah kemiskinan ekstrem di kalangan nelayan. Apalagi, Kota Probolinggo memiliki wilayah pesisir yang cukup luas.
Dia menyambut baik inisiasi Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin yang menginisiasi program BPJS Ketenagakerjaan untuk membantu kalangan nelayan.