Rahmah

Menginspirasi, 4 Kisah Ulama Dalam Mencari Ilmu

Menginspirasi, 4 Kisah Ulama Dalam Mencari Ilmu
Ilustrasi kisah ulama mencari ilmu. (Flickr.com)

AKURAT.CO Ilmu merupakan anugerah yang Allah SWT berikan kepada umat manusia. Suatu anugerah yang menjadikan diri kita sebagai manusia seutuhnya. Dalam Islam, mencari ilmu bukan lagi sebuah pilihan antara mau atau tidak, namun menjadi keharusan bagi setiap yang beriman. Karenanya kisah ulama dalam menimba ilmu patut dicontoh.

Ini jelas ditegaskan dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang mengajarkan dan menyuruh kita untuk membaca.

Walaupun sebuah keharusan, faktanya mencari ilmu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Perlu adanya semangat juang yang tinggi untuk meraihnya. 

baca juga:

العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطيه كلك

"Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagian darinya sehingga kamu berikan seluruh jiwamu untuknya."

Semangat serta totalitas tinggi harus kita kerahkan untuk mendapatkannya. Tidak heran telah banyak kisah yang menakjubkan dari ulama-ulama terdahulu maupun sekarang yang dapat kita petik dan ambil pelajaran yang nantinya bisa kita terapkan dalam proses menuntut ilmu.

4 Kisah Ulama Bisa Dijadikan Motivasi Serta Teladan

1. Imam Ibnu 'Aqil

Abu Wafa Ali bin Aqil bin Muhammad bin 'Aqil atau yang lebih dikenal Imam Ibnu 'Aqil merupakan ulama besar dalam Madzhab Hambali yang lahir pada 431 H dan wafat di usia 50. Hampir keseluruhan hidupnya digunakan untuk membaca, menulis dan menebarkan cahaya ilmu pengetahuan. Kecintaan ilmu yang Allah berikan kepada Imam Ibnu 'Aqil bahkan sudah tampak saat ia masih kecil. Sejak masih kecil, Imam Ibnu 'Aqil dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun. Ia tidak suka bermain melainkan senang belajar bersama dan berdiskusi dengan teman-temannya. Setelah belajar Al-Qur'an dan ilmu-ilmu dasar, Imam Ibnu 'Aqil berguru kepada sejumlah ulama besar pada masanya antara lain Syaikh Abu Bakar bin Bisyran, Syaikh Abu Ali bin Al-Walid dan banyak lagi. Hari-hari Imam Ibnu 'Aqil dihabiskan untuk membaca, berpikir, merenung, meneliti, mengajar dan menulis.

Dalam kitab Dzail ath-Thabaqat al-Hanabilah disebutkan pernyataan Imam Ibnu 'Aqil: 

"Aku tidak membiarkan hari-hariku berlalu secara sia-sia. Manakala aku sedang tidak mengajar atau berdiskusi atau membaca buku, aku manfaatkan pikiranku untuk memikirkan sesuatu. Dan itu aku lakukan sambil merebahkan tubuhku. Manakala aku menemukan suatu pengetahuan yang harus aku tulis maka aku akan bangun." 

Terlalu cintanya beliau akan ilmu, dalam kutipan lain juga diceritakan bahwa Imam Ibnu 'Aqil berusaha semaksimal mungkin menghemat waktunya untuk makan, agar bisa membaca dan memikirkan isi kitab yang ia baca.

Tidak heran di saat wafat Imam Ibnu 'Aqil tidak meninggalkan apa-apa selain kitab-kitab karyanya. Dan salah satu kitab Imam Ibnu 'Aqil yang terkenal berjudul Al-Funun. Kitab yang konon terdiri dari 800 jilid ini menjadi kitab terpanjang di dunia yang menghimpun segala pengetahuan keislaman berupa tafsir, fiqh, ushul fiqh, hadits, ilmu kalam, nahwu, bahasa, sastra, prosa dan puisi, sejarah, nasihat, kisah-kisah dan lain-lain.

2. Syaikh Ibnu Rusd Al-Hafid

Merupakan seorang faqih Madzhab Maliki. Ulama besar yang ahli ushul fiqh, ahli hadits dan penulis beragam bidang ilmu. Syaikh Ibnu Rusd memperoleh ilmu dari ayahnya, sehingga ia hafal kitab Al-Muwaththa' karya Imam Malik di luar kepala. Pada usia 35 tahun Syaikh Ibnu Rusd diangkat menjadi hakim agung, seperti kakeknya yang juga merupakan hakim agung dan mufti besar. Jabatan ini merupakan jabatan paling tinggi yang pernah Syaikh Ibnu Rusd jalani.

Di tengah-tengah kesibukannya yang luar biasa sebagai hakim agung, Syaikh Ibnu Rusd masih sempat menekuni bidang keilmuan yang lain di luar fiqh, terutama filsafat. Di manapun berada, ia selalu membaca buku atau menulis. Dikisahkan, sepanjang hidupnya, Syaikh Ibnu Rusd tidak pernah libur belajar kecuali dua hari saja yaitu ketika menikah dan ketika ayahnya meninggal dunia.

3. Imam Abu Hamid Al-Ghazali

Lahir dari keluarga seorang fakir yang shalih. Ayahnya merupakan pengrajin kain wol yang memiliki kecintaan terhadap ilmu dan ulama. Menjelang wafatnya, sang ayah menitipkan kedua anaknya yaitu Imam Abu Hamid dan Imam Ahmad kepada seorang ulama terkemuka di desanya, sambil berpesan "Sungguh aku menyesal dulu tidak rajin belajar. Aku ingin kedua anakku tidak seperti aku".

Imam Abu Hamid sedari kecil memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak lainnya pada masa itu. Hal ini memudahkannya menerima semua ilmu yang didapat dari sang guru. Karena kecerdasannya, nama Imam Abu Hamid terkenal di pemerintahan pada masa itu.

Imam Abu Hamid adalah ulama yang tak pernah puas dengan ilmu yang diperolehnya. Semakin ia memperoleh satu pengetahuan maka akan dikejar untuk mengetahui akarnya. Sejak awal hidupnya, Imam Abu Hamid adalah pribadi yang kritis dan tak pernah merasa takut menghadapi segala penghalang.

Imam Abu Hamid wafat di usia 55 tahun dengan meninggalkan karya sebanyak 457 kitab. Ia dipandang sebagai pembaharu abad ketujuh Hijriah. Imam Abu Hamid tidak tertandingi oleh siapapun dalam berdebat, berpikir, kelembutan hati, kecerdasan dan karakter. Imam Abu Hamid meninggalkan karya-karya yang penting dan abadi sampai hari ini terus dibaca di berbagai belahan dunia.

4. Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi

Lahir di Tanara, Serang, Banten, di tengah lingkungan dengan tradisi agama yang kuat. Sejak berusia lima tahun, ia mulai belajar ilmu agama Islam langsung dari ayahnya. Syaikh Nawawi mempelajari pengetahuan dasar Bahasa Arab, Al-Qur'an, hadis, tauhid dan fiqih. Di usia delapan tahun Syaikh Nawawi berguru pada ulama terkenal di Banten saat itu dan pada usia 15 tahun menunaikan ibadah haji di Makkah hingga akhirnya bermukim di bilangan Syi'bi Ali, dekat Masjidil Haram. Di sana, ia belajar dengan banyak ulama.

Syaikh Nawawi dikenal sebagai seorang ulama Indonesia yang diakui keulamaannya di dunia. Intelektualismenya tidak diragukan lagi, Syaikh Nawawi sangat produktif dalam menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih. Dapat dikatakan bahwa aktivitas harian Syaikh Nawawi dijalani dari kamar ke Masjidil Haram. Bila sampai di kamar, ia langsung menulis hingga menjelang subuh. Syaikh Nawawi hanya tidur sebentar manakala sudah lelah dan mengantuk.

Sejatinya masih banyak kisah ulama yang bisa dijadikan contoh serta teladan bagi kita dalam mencari ilmu pengetahuan. Kisah-kisah di atas merupakan segelintir dari banyaknya kisah ulama dalam kehidupan umat Islam.