
AKURAT.CO Persaingan partai politik menuju 2024 semakin mengetat, baik itu untuk kontestasi perebutan kursi parlemen, maupun perebutan posisi presiden-wakil presiden.
Masing-masing kandidat bersiap memanaskan mesin politik, menguatkan branding serta mengkonsolidasi basis pemilih guna semakin memperkokoh posisi dan kekuatan.
Presiden Joko Widodo yang sudah dua kali menjadi Presiden, tentu tidak akan bisa lagi ikut berkontestasi secara terbuka di gelanggang pemilihan Presiden 2024 nanti.
baca juga:
Meski demikian, dukungan dan rekomendasi dari Jokowi menjadi salah satu kekuatan penting ditambah jaringan birokrasi pemerintahan yang secara factual akan bisa menguatkan gerakan.
Beberapa kandidat yang siap maju menjadi calon presiden, di antaranya Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, serta Gus Muhaimin Iskandar. Selain itu, ada beberapa nama lain semisal Airlangga Hartarto, Eric Thohir, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono, namun belum beredar secara kuat dalam rilis-rilis lembaga survey.
Survey PolMark (rilis 30 Maret 2023) menegaskan peta top 5 pada persaingan calon presiden. Rilis tersebut menunjukkan angka: Ganjar Pranowo (22,8%), disusul Prabowo Subianto (17,4%), Anies Baswedan (13,9%), Gubernur Jawa Tengah Ridwan Kamil (5,2%), dan Gus Muhaimin (4,8%).
Selanjutnya, Menparekraf Sandiaga Uno (2,0%), Ketua DPR Puan Maharani (1,7%), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebesar 1,7%, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (1,3%), mantan panglima TNI Andika Perkasa (1,1%), serta Menteri BUMN Erick Thohir (1,0%).
Pasca deklarasi PDI Perjuangan yang mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden Republik Indonesia pada 2024 mendatang. Para elite politik, tokoh bangsa dan juga ketua umum parpol semakin menghitung pola dukungan dan kekuatan.
Kita semua mengikuti bahwa setelah deklarasi Ganjar Pranowo oleh PDI Perjuangan, elite Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggelar silaturahmi politik dengan Ibu Megawati Soekarnoputri dan beberapa fungsionaris partai. Silaturahmi ini memberi nuansa politik kerja sama antara kedua belah pihak, meskipun memang PPP perlu melakukan langkah-langkah politik strategis untuk memperkuat basis politiknya agar bisa terus survive dalam percaturan politik di Indonesia.
Sementara itu, Nasdem yangn mengumumkan Anies Baswedan sebagai calon Presiden, masih terus mengkonsolidasi kekuatan dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Koalisi yang masih belum sepenuhnya final ini tentu akan membuka kemungkinan untuk berubahnya susunan kekuatan.
Peta dari kelompok di luar PDI Perjuangan dan circle Nasdem juga sangat menarik. Pergerakan para pemimpin parpol dan elite politik Indonesia menjadi sangat dinamis. Berbagai realitas politik di dalam negeri -- dan juga secara internasional-- memberi nuansa terhadap kontestasi politik Indonesia saat ini.
Gus Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kita lihat juga melakukan langkah-langkah politik strategis. Selain terus memperkuat basis dukungan di akar rumput dan mengkonsolidasi jaringan partai, Gus Muhaimin juga terus melakukan gerakan politik untuk menguatkan dukungan.
Silaturahmi dengan para wakil presiden RI antarperiode merupakan langkah yang cerdas untuk menggalang komunikasi politik. Dari langkah ini, kita membaca bahwa tone komunikasi di media massa dan ruang publik menjadi semakin positif, serta mendapatkan pesan-pesan berharga dari aktor-aktor decision maker politik Indonesia pada zamannya.
Sementara itu, pada rilis lembaga survey terkait calon presiden dan wakil presiden yang potensial untuk bersaing pada Pemilu 2024, Gus Muhaimin juga semakin kuat posisinya. Tentu saja, ini modal berharga bagi Gus Muhaimin maupun Partai Kebangkitan Bangsa untuk masuk pada kontestasi politik yang lebih intim dengan kekuatan-kekuatan kunci dari partai lain.
Mata Angin Gus Muhaimin
Kontestasi calon presiden dan wakil presiden merupakan wajah politik Indonesia yang akan menentukan arah bangsa pada masa kini dan masa yang akan datang.
Jika menghitung ada lima besar calon presiden Indonesia, maka Gus Muhaimin masuk dalam bursa bersama calon lain. Pada lapisan atas tiga besar menurut riset lembaga survei, nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan masih kokoh, namun semakin lentur dalam garis batas persaingan. Sehingga tidak menutup kemungkinan popularitas, akseptabilitas maupun elektabilitasnya sangat dinamis tergantung konteks politik, suasana maupun dentuman peristiwa yang terjadi.
Sementara itu, PKB semakin menunjukkan identitasnya sebagai partai dengan basis jaringan dan pendukung solid, yang mengakar hingga ke pedesaan. Tentu, ini menjadi modal berharga bagi Gus Muhaimin dan keluarga besar PKB.
Ada beberapa hal yang menurut penulis menjadi kekuatan utama Gus Muhaimin dalam peta kontestasi calon presiden dan wakil presiden.
Pertama, Dukungan Partai Politik. Sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Gus Muhaimin memegang kunci untuk menggerakkan kader dan melakukan bargaining politik. PKB juga terus melakukan transformasi dalam pengkaderan, digital campaign, serta jaringan anak muda. Fakta bahwa di bawah kepemimpinan Gus Muhaimin, PKB semakin solid.
Kedua, Modal Jaringan. Selama ini, Gus Muhaimin dikenal sebagai aktivis dan politisi yang lincah bergerak di semua level, baik domestik maupun internasional. Terbukti bahwa komunikasi politik yang bagus, telah menjadikan kekuatan jaringan Gus Muhaimin semakin kuat.
Ketiga, Dukungan Modal Logistik dan Pengusaha PKB telah membuktikan sebagai partai yang mampu mentransformasi kekuatan dan jaringan untuk mengkonsolidasi kekuatan pengurus menjadi energi untuk bergerak, serta logistik bagi penguatan basis.
Keempat, Modal Sosial sebagai Kekuatan Utama. Gus Muhaimin membangun karir politik sebagai aktivis dari bawah, yang mengkonsolidasi kekuatan dan jaringan. Gus Muhaimin juga punya kekuatan jaringan pesantren dan Nahdliyyin yang menjadi basis pendukung PKB hingga saat ini.
Realitas politik yang terjadi saat ini, bahwa peta persaingan antara Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, serta dukungan partai politik di belakangnya, membutuhkan dukungan dari kelompok Islam tradisional yakni kalangan santri, sebagai modal utama kekuatan.
Santri dan nahdliyyin mengisi lebih dari 50% wajah populasi massa muslim Indonesia, sehingga menjadikan Gus Muhaimin dengan jaringan PKB serta warga nahdliyyinnya semakin penting sebagai kekuatan penentu.
Dengan basis pemilih, jaringan kader yang terkonsolidasi, kelompok pesantren yang kokoh serta PKB yang sudah bertransformasi menjadi partai modern, Gus Muhaimin punya modal penting untuk bargaining politik menjadi penentu kekuatan dan pendamping calon presiden Indonesia pada kontestasi pemilu Indonesia 2024 mendatang. Gus Muhaimin memegang kendali modal kekuatan dari berbagai arah mata angin politik Indonesia saat ini.[]