
AKURAT.CO Rasanya media sosial pada saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, seiring smartphone telah menjadi 'teman' hidup. Media sosial ternyata secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan mental kita. Media sosial dapat memicu depresi sebab ada beberapa hal yang dilakukan melalui media sosial dan menjadi penyebab stres serta depresi. Memang media sosial bukanlah penyebab langsung, tapi dapat memfasilitasi kebiasaan yang memicu hal tersebut terjadi.
Apa itu depresi?
Depresi adalah gangguan atau perubahan suasana hati yang ditandai dengan rasa sedih dan tidak bergairah dalam kurun waktu lebih dari 2 minggu. Depresi dapat mengganggu rutinitas dan produktivitas, bahkan kehilangan minat pada hal-hal yang disukai.
Media sosial dapat memicu depresi
Depresi akibat media sosial bisa dialami oleh siapa saja. Risiko depresi terjadi karena gaya hidup yang berhubungan dengan penggunaan media sosial itu sendiri.
baca juga:
Dilansir dari berbagai sumber, Selasa (31/1/20230, berikut ini hal yang menyebabkan media sosial dapat memicu depresi:
1. Membandingkan diri dengan kehidupan orang lain
Informasi di media sosial dapat mempengaruhi pola pikir termasuk rasa percaya diri dan citra diri. Media sosial membuat penggunanya lebih mudah membandingkan kehidupan dengan orang lain, membuat kita percaya bahwa setiap orang mempunyai kehidupan yang lebih sempurna daripada yang saat ini kita miliki. Oleh karena itu, membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di media sosial dapat memicu depresi.
2. FOMO
Media sosial dapat memicu depresi karena mendekatkan yang jauh, namun menyebabkan Fear of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan. Jika sudah merasakan hal seperti itu, maka kamu akan lebih sering melihat media sosial agar tidak ketinggalan apapun. Kebiasaan terlalu sering berselancar di dunia maya akan lebih menjauhkan yang dekat dan orang orang sekitar. Kemudian memunculkan rasa terisolasi secara sosial.
3.Berita buruk dan Doomscrolling
Doomscrolling adalah perilaku kecenderungan terus mencari informasi di internet. Perilaku ini berhubungan dengan FOMO atau ingin merasa lebih tahu dibandingkan orang lain, sering membuat orang-orang cenderung mengakses berita buruk. Kebiasaan ini bahkan tidak berhenti meskipun sedang merasa sedih atau kecewa. Hal itu dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental seseorang, yang mengarah pada pengembangan atau peningkatan gejala kecemasan atau depresi.
4. Kurang tidur
Banyak orang yang menghabiskan waktu dengan mengakses media sosial sehingga lupa waktu. Hal tersebut memberikan efek penggunaan media sosial pada pola tidur.Radiasi blue light dari gawai juga dapat memperburuk penglihatan dan mengganggu ritme sirkadian atau siklus tidur. Ritme sirkadian berperan penting dalam proses otak seperti neurotransmisi dan sekresi hormon. Terganggunya aktivitas neurotransmisi dan sekresi hormon dapat memicu depresi.
5. Cyberbullying
Di internet dapat membuat seseorang dengan mudah membuat akun anonim. Dengan begitu, banyak orang sering melontarkan intimidasi, hinaan, dan hal negatif tanpa takut dimintai pertanggung jawaban. Hanya dengan satu klik, pelaku intimidasi dapat meninggalkan komentar negatif, menyebarkan informasi yang salah dan mengedarkan video target mereka yang diejek, dipukuli, atau dihina. Dalam beberapa kasus, korban bullying sampai ada yang melakukan bunuh diri karena depresi dan merasa tertekan terhadap serangan tersebut. Hal ini sangat banyak terjadi sehingga media sosial dapat memicu depresi.
6. Mengurangi rasa bahagia
Beberapa ahli menilai hubungan secara daring ini kurang memuaskan dari sisi emosional, sehingga dapat meningkatkan depresi ketika remaja merasa terisolasi secara sosial. Semakin sedikit seseorang terhubung dengan manusia lain secara mendalam dan empatik, maka semakin sedikit pula kamu mendapatkan manfaat dari interaksi sosial.
Fakta Media Sosial dan Depresi
Dikutip dari laman Very Well Mind, Selasa (31/1/2023) terdapat sejumlah fakta mengenai media sosial dan depresi dari hasil penelitian, yaitu:
- Media sosial tidak pernah sepopuler ini, dengan lebih dari separuh populasi dunia aktif di situs jejaring ini yang meluncurkan berita nonstop, kebanyakan negatif.
- Sebuah studi Lancet yang diterbitkan pada tahun 2018 menemukan bahwa orang yang membuka Facebook larut malam lebih cenderung merasa tertekan dan tidak bahagia.
- Studi tahun 2018 lainnya menemukan bahwa semakin sedikit waktu yang dihabiskan orang di media sosial, semakin sedikit gejala depresi dan kesepian yang mereka rasakan.
- Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa pengguna Facebook yang merasa iri saat berada di situs jejaring lebih mungkin mengalami gejala depresi.
Demikian alasan mengapa media sosial dapat memicu depresi, semoga kamu terhindar dari efek negatif tersebut dan selalu bijak dalam menggunakan media sosial. Serta hindarilah bermain media sosial secara berlebihan.