Ekonomi

Masalah Permodalan UMKM Harus Diselesaikan, LPEM FEB UI: Paling Cocok Pinjam Di Fintech

Masalah Permodalan UMKM Harus Diselesaikan, LPEM FEB UI: Paling Cocok Pinjam Di Fintech
Kepala LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin dalam webinar yang diselenggarakan Akurat.co dengan tema Digitalisasi Dalam Mendukung Akses Permodalan UMKM, Selasa (28/3/2023). (Tangkap layar YouTube Akurat.co)

AKURAT.CO Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) Universitas Indonesia (UI) turut menyoroti sulitnya akses permodalan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Kepala LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin mengatakan, mayoritas sumber pembiayaan pelaku UMKM dari internal, uang pribadi atau bahkan uang keluarga. Status kelembagaannya pun informal, seperti meminjam dari saudara ataupun tengkulak. 

Menurutnya, hal tersebut yang ingin segera dicarikan solusi. Terutama bagaimana UMKM berpindah dari pembiayaan internal menjadi eksternal, informal menjadi pinjaman formal.

baca juga:

“Memang segara umum, paling cocok UMKM meminjam di perusahaan fintech (financial technology) dibandingkan bank. Karena bank sendiri ada jembatan yang mungkin harus diakomodasi antara bank dan UMKM,” kata Chaikal dalam webinar yang diselenggarakan Akurat.co dengan tema Digitalisasi Dalam Mendukung Akses Permodalan UMKM, Selasa (28/3/2023). Webinar ini didukung oleh Bank Indonesia (BI), BNI dan PT Jamkrindo.

Saat ini, kata dia, digitalisasi dan permodalan begitu berkaitan. Selain mendapatkan permodalan melalui fintech lending, artificial credit scoring, dan e-commerce menjadi salah satu channel inklusi keuangan. 

Di sisi lain, pelaku UMKM harus meningkatkan kapasitasnya, terutama dilalah hal digitalisasi. Pelaku UMKM harus melakukan peningkatan literasi keuangan hingga peningkatan kinerja baik offline maupun di e-commerce.

Berbagai upaya telah dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan daya saing UMKM, salah satunya adalah on-boarding. On-boarding pada UMKM, terutama segmen ultra mikro masih terkendala rendahnya kepemilikan dan penggunaan smartphone, endahnya literasi digital dan keuangan, erbatasnya infrastruktur digital dan keuangan, dan tingginya biaya internet.  

“Proses on-boarding pada UMKM membuka peluang UMKM untuk menjangkau pasaryang lebih luas,” kata dia. []