
AKURAT.CO, Tahun 2019 lalu, sosok Marie Kondo mencuat ke permukaan berkat serial Netflix-nya yang ditonton jutaan orang, "Tidying Up with Maire Kondo."
Premisnya sederhana; merapikan rumah dengan metode khusus bernama "KonMari" yang digadang-gadang bisa "sparks joy" alias bikin bahagia.
Dikenal sebagai tukang rapi-rapi 'profesional', pengakuan wanita asal Jepang itu jelas mengejutkan banyak orang.
baca juga:
Namun beberapa waktu lalu, Marie Kondo mengaku "sedikit menyerah" untuk membereskan rumah semenjak punya anak. Kenapa?
Konsultan tata ruang proesional tersebut sempat meremehkan betapa sulitnya menjaga rumah tetap rapi dengan kehadiran seorang anak dalam sebuah wawancara pada tahun 2020.
Saat ini, Marie Kondo merupakan ibu dengan tiga orang anak. Akan sangat manusiawi jika rumahnya berantakan.
Namun, kini ia pun mengaku tidak masalah apabila mempunyai rumah yang sedikit berantakan karena kini ia punya waktu lebih untuk dihabiskan bersama anak-anaknya.
"Ketika aku punya anak sendiri, terutama ketika mereka berusia satu atau dua tahun, mereka benar-benar sulit dikontrol dan kerap bikin rumah berantakan, dan saat itu aku menyadari bahwa menjaga rumah tetapi rapi sangat sulit dilakukan," ujarnya.
Meski demikian, Marie Kondo juga masih berprofesi sebagai 'petugas kebersihan'.
Dengan padatnya jadwal, Maire Kondo pun merasa lelah.
Selama ini stigma kamar berantakan kerap dikaitkan dengan kemalasan, kepribadian yang buruk, hingga gangguan mental atau tanda depresi. Padahal kenyataannya tidak selalu begitu. Sebagai contoh, pengidap obsessive-compulsive disorder justru mempunyai kecenderungan untuk menjaga rumahnya bersih, rapih dan bebas kuman.
Sementara itu, rumah berantakan juga berarti pemiliknya tengah kewalahan menangani masalah lain atau mempunyai preferensi pribadi tersendiri.
Menjaga rumah bersih dan rapih memang bagus dan penting. Namun, siapa sangka, rumah berantakan juga ada manfaatnya.
Mempunyai rumah berantakan bisa membuat pemiliknya jadi lebih kreatif. Mereka dapat merasa lebih santai dan mampu melepaskan dir dari norma dan ekspektasi sosial.
Selain itu, mereka juga bisa lebih tertantang untuk mencoba hal baru.