Ekonomi

Lonjakan Konsumsi Saat Lebaran, Ini Yang Perlu Diperhatikan Pengusaha Ritel

Lonjakan Konsumsi Saat Lebaran, Ini Yang Perlu Diperhatikan Pengusaha Ritel
Mal AEON (dailyadvent.com)

AKURAT.CO Permintaan konsumen jelang musim Lebaran diperkirakan akan mengalami lonjakan signifikan karena momen ldulfitri tahun ini merupakan tahun pertama pascacovid, di mana masyarakat dapat melakukan perayaan tanpa PPKM.

Terkait dengan ini, Bank Indonesia dan analis lainnya memperkirakan pembelian ritel akan turut meningkat secara signifikan pada April 2023 sejalan dengan peningkatan belanja konsumen selama periode Idulfitri dan tidak adanya PPKM.

Sebuah studi menemukan bahwa 60 persen konsumen Indonesia berencana untuk membelanjakan setidaknya Rp3 juta selama periode Ramadan dan Lebaran tahun 2023 ini, jika dibandingkan pada perayaan Lebaran tahun 2022 lalu, presentasi konsumen yang berencana berbelanja dengan jumlah pengeluaran tersebut hanya mencapai 28 persen-nya saja.

baca juga:

Meskipun ini merupakan peluang bagus bagi para pengusaha ritel untuk memaksimalkan pertumbuhan, muncul pertanyaan akan kesiapan mereka dalam menghadapi permintaan konsumen yang meroket tersebut.

"Dengan adanya permintaan tinggi, semakin pula menekankan pentingnya pengaturan stok ketersediaan barang oleh para pengusaha ritel. Jika tidak dikelola dengan baik, alih-alih memperoleh pertumbuhan yang menguntungkan, pengusaha ritel dapat kehilangan pelanggan dan bahkan kehilangan loyalitas pelanggan," tutur Sales Director RELEX Solutions Onni Rautio dalam pernyataannya pada Jumat (31/3/2023).

Sebagai perusahaan penyedia solusi perencanaan ritel terpadu, Onni menyampaikan bahwa RELEX Solutions melihat adanya tantangan utama dalam menjawab lonjakan konsumen.

Hal ini terutama terdapat pada manajemen inventaris dan bagaimana pengusaha ritel memanfaatkan inventaris mereka secara strategis.

Kesulitan ini secara lebih lanjut terkait dengan adanya pembelian sebelum musim Hari Raya serta tingginya risiko terdapat sisa stok yang tidak terpakai setelah musim Hari Raya. 

"Ketika diharapkan dengan tantangan ini, banyak pengusaha ritel memahami bahwa melakukan prediksi permintaan (demand forecasting) adalah jawabannya. Namun, banyak bisnis ritel di Indonesia masih menggunakan proses manual dalam demand forecasting manajemen invetaris, yang seringkali dilakukan oleh beberapa departemen yang bekerja secara silo. Jika setiap departemen memiliki data, analisis, dan proses mereka sendiri, maka pengelolaan stok selama Hari Raya seperti perayaan Idul Fitri menjadi lebih rumit, mengurangi akurasi, dan meningkatkan risiko kesalahan pada jumlah unit penyimpanan stok (SKU) dan turunnya return on investment," terang Onni.

Lihat Sumber Artikel di Warta Ekonomi Disclaimer: Artikel ini adalah kerja sama antara AkuratCo dengan Warta Ekonomi. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, video, grafis, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab dari Warta Ekonomi.
Sumber: Warta Ekonomi