
AKURAT.CO Pelit atau kikir merupakan sifat yang dibenci oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pelit adalah orang yang tidak suka memberi sedekah. Dalam bahasa arab dikenal dua istilah, yaitu al-bukh yang berarti pelit dan asy-syuhh adalah pelit yang disertai tamak terhadap harta sendiri dan harta yang dimiliki orang lain.
Sebagian dari umat muslim memiliki sifat pelit karena merasa bahwa itu akan mendatangkan kebaikan baginya di kemudian hari. Ia merasa hartanya akan habis jika disedekahkan kepada orang lain. Padahal sifat pelit itulah yang akan merugikannya di akhirat kelak, sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an:
وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِي
baca juga:
Artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Ali Imran: 180)
Perilaku pelit dapat berbahaya jika terus dipelihara. Hal tersebut dapat berdampak dengan merasa ingin mendapatkan banyak harta bahkan dengan cara yang tidak bermoral dan dilarang oleh Allah.
Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
اِتَّقُوا اَلظُّلْمَ، فَإِنَّ اَلظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا اَلشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
Artinya: “Jauhilah berbuat zalim karena perbuatan zalim adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari kiamat dan jauhilah asy-syuhh (sifat kikir disertai ketamakan) karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian” (HR. Muslim).
2 Macam Pelit
1. Pelit kepada Diri Sendiri
Sering kita jumpai sebagian dari umat muslim pelit untuk dirinya sendiri. Ia sibuk untuk mengumpulkan harta, tetapi enggan mengeluarkannya untuk dirinya sendiri meskipun pada saat ia membutuhkannya. Ia takut menjadi miskin meskipun pengeluaran tersebut adalah kebutuhannya.
Ibnu Muflih mengatakan: “Orang seperti ini hidupnya susah. Dia bakhil agar terhindar dari kefakiran. Dia mengumpulkan uang supaya tidak menjadi fakir. Namun kenyataannya, kehidupannya seperti orang miskin. Dia justru terjerumus pada kondisi yang ingin dihindarinya yaitu kefakiran”
Maka nanti, orang yang memiliki sifat pelit terhadap dirinya yang padahal dia memiliki kecukupan atau bahkan kelebihan untuk memenuhi kebutuhannya, ia akan dihisab seperti hisabnya orang kaya meskipun gaya hidupnya miskin di dunia. Karena Allah akan menghisab hartanya, bukan gaya hidupnya di dunia.
2. Pelit Kepada Orang Lain
Pelit yang kedua ini merupakan seseorang yang enggan membantu orang lain. Entah itu membantu dengan membagikan sebagian hartanya, maupun pelit membagikan ilmunya agar tidak tersaingi oleh orang lain.
Padahal berbagi atau bisa disebut sedekah merupakan hal yang dapat mendatangkan keberkahan. Bersedekah untuk pembangunan masjid, membantu fakir miskin, yatim piatu dan lain sebagainya, akan menjadi tabungan pahala yang sangat dibutuhkan di akhirat nanti.
Orang Paling Pelit Menurut Rasulullah Muhammad SAW
Diriwayatkan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Artinya: “Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak membaca selawat kepadaku. (HR. At-Tirmidzi)
Berselawat kepada Rasulullah akan mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri. Sebagaimana yang nabi Muhammad sabdakan:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat (mencurahkan rahmat) kepadanya sepuluh kali, menghapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR. An-Nasai)