
AKURAT.CO Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) menggelar survei opini publik bertajuk "Polarisasi politik di Indonesia: Mitos atau Fakta" yang dilaksanakan di Hotel Bidakara, Minggu (19/3/2023).
Dalam paparan survei, Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengatakan, polarisasi politik di Indonesia bukan sekedar mitos, tapi fakta dan terjadi di masyarakat.
Hal itu tercermin dari hasil survei yang menunjukkan bahwa masyarakat terpolarisasi menjadi 2 kelompok, yakni kluster 1 yang pro pemerintah dan kluster 2 yang tidak berpihak pada pemerintah atau anti terhadap asing dan "aseng".
baca juga:
"Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat terpolarisasi menjadi 2 kelompok dengan ukuran proporsional, yakni kluster 1 sebesar 57 persen versus kluster 2 sebesar 43 persen," kata Hamdi saat pemaparan survei, Minggu (19/3/2023).
Secara rinci, kluster 1 merupakan kelompok pro Jokowi yang relatif Sekuler ke arah moderat, puas terhadap kinerja pemerintah, relatif tidak berprasangka terhadap kekuatan ekonomi asing dan "aseng".
Sementara, kluster 2 memiliki merupakan kelompok dalam ideologi politik dimensi keagamaan. Di mana, mereka meyakini pemimpin harus seiman atau seagama, kebijakan publik berlandaskan agama, hingga sanksi punitif terhadap penista agama, perda syariah mendapat endorsement yang tinggi).
"Klaster 2 ini juga lebih percaya pada teori konspiratif bahwa pemerintah adalah konspirasi dari kekuatan asing dan "aseng". Kluster ini menyatakan ketidakpuasan terhadap kebijakan dan hasil yang dicapai pemerintah," ujar Hamdi.
Selain itu, survei ini juga menemukan ada indikasi implikasi dari pengkutuban ini pada konsekuensi afeksi (perasaan).
Di mana, terlihat kedua kluster ini cenderung mengembangkan emosi negatif kepada kelompok di luar kelompok yang tidak sealiran dalam konteks dukungan selama pilpres 2019.