News

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia 

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia 
Gagal ginjal akut pada anak jadi salah satu penyakit yang menyebabkan kekhawatiran sepanjang 2022 ini. (BBC)

AKURAT.CO Sejak terjadinya pandemi Covid-19, masyarakat semakin peduli dengan isu kesehatan. Beragam fenomena penyakit pun sempat menyebabkan kekhawatiran sepanjang 2022 ini.

Tak kunjung lenyap dari muka bumi, Covid-19 justru bermutasi menjadi varian Omicron yang lebih cepat dan lebih mudah menular. Dunia juga dikejutkan dengan maraknya cacar monyet di negara nonendemik. Masyarakat pun dibuat prihatin dengan meninggalnya ratusan anak karena gagal ginjal akut.

Dihimpun AKURAT.CO dari berbagai sumber, berikut 6 fenomena penyakit yang menggegerkan dunia sepanjang 2022.

baca juga:

1. Covid-19

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia  - Foto 1
istock.com

Sepanjang 2022 ini, vaksin Covid-19 gencar digalakkan di seluruh dunia. Tak sedikit negara kemudian memberanikan diri untuk membuka perbatasannya. Namun, alih-alih lenyap, Covid-19 justru bermutasi menjadi varian yang semakin mudah menyebar, terutama Omicron. Beberapa negara pun sempat dilanda gelombang baru akibat Omicron.

China menjadi salah satu negara yang paling kelimpungan akibat varian ini. Pasalnya, negara tersebut bersikeras tak mengendurkan kebijakan nol-Covidnya. Dengan kecepatan penyebaran Omicron, beberapa kota terpaksa dikunci, sehingga menimbulkan kegegeran, terutama Shanghai.

Masyarakat China yang sudah muak pun akhirnya berani memberontak dengan berdemonstrasi. Aksi protes ini memicu terjadinya bentrokan di sejumlah kota. Akhirnya, di penghujung 2022, Negeri Tirai Bambu perlahan-lahan melonggarkan protokolnya.

2. Cacar monyet

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia  - Foto 2
REUTERS

Wabah cacar monyet melanda sejak bulan Mei. Penyakit ini pun sempat meresahkan lantaran ditemukan kasus-kasus yang tak terkait dengan perjalanan ke negara endemik cacar monyet. Sejak 18 Mei dan seterusnya, semakin banyak kasus dilaporkan, tak hanya di Eropa, tetapi juga di Amerika Utara dan Selatan, di Asia, Afrika, dan Oseania. Ini pertama kalinya cacar monyet menyebar luas di luar Afrika Tengah dan Barat.

Pada bulan Juli, WHO mendeklarasikannya dengan status PHEIC, label darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Meski siapa pun bisa terkena cacar, sebagian besar kasus yang dikonfirmasi di luar daerah endemik di Afrika terjadi pada pria penyuka sesama jenis yang baru-baru ini berkontak seksual dengan pasangan baru atau banyak pasangan. Pada 28 Juli, direktur jenderal WHO menyarankan untuk mempertimbangkan kembali hubungan seks dengan pasangan baru demi membendung penyebaran cacar. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pun menekankan pentingnya mengurangi stigma dalam mengomunikasikan aspek demografi cacar monyet, khususnya yang berkaitan dengan pria gay dan biseksual.

Untuk menghapus stigma ini, WHO resmi mengganti nama penyakit cacar monyet (monkeypox) menjadi MPOX dan MOX. Meski jumlah kasusnya telah menurun, WHO masih enggan mencabut status PHEIC. Menurut keterangannya pada 1 November, cacar monyet masih memenuhi kriteria untuk PHEIC.

WHO dalam laporan epidemiologi terbarunya telah menyebut hingga 73.437 kasus cacar monyet, dan 29 kematian yang dilaporkan secara global sejak 1 Januari. Nigeria menjadi negara yang mencatat jumlah kasus signifikan. Menurut surat kabar independen Nigeria, TheCable, dari 1 Januari hingga 11 September 2022, negara itu telah mencatat 349 kasus yang dikonfirmasi, dengan tujuh kematian dilaporkan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC).

3. Hepatitis misterius pada anak

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia  - Foto 3
Metro.co.uk

WHO menerima laporan kasus hepatitis yang tak diketahui penyebabnya pada anak-anak sepanjang 2022. Dari 5 April hingga 8 Juli, 35 negara telah melaporkan 1.010 dugaan kasus penyakit ini. Pedoman WHO sejak itu merekomendasikan tes sejumlah virus lain pada anak-anak berusia kurang dari 16 tahun yang mengalami hepatitis. Ternyata, penyakit mereka tak disebabkan oleh virus hepatitis A-E, di mana kadar serum aminotransferase lebih tinggi dari 500 IU/L. Penyebab hepatitis lokal lainnya pun telah dikecualikan.

Tak jarang penyebab sejumlah kasus hepatitis pada anak tetap tak terungkap. Pada bulan September, penyebab naiknya kasus masih belum diketahui, meski beberapa penelitian di Inggris menduga penyebabnya koinfeksi dengan adeno-associated virus 2 (AAV2) dan adenovirus maupun virus herpes.

4. Demam Lassa

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia  - Foto 4
BBC

Pada April 2022, Guinea mengumumkan wabah demam Lassa dengan 2 kasus positif. Sebanyak 19 kasus pun dikonfirmasi di negara itu pada September 2022 dengan 1 kasus suspek dan 2 kematian. Wabah ini juga dilaporkan di Liberia dengan total 156 kasus, termasuk 52 kasus positif dan 17 kematian per 23 Oktober 2022.

Di Nigeria, ada 7.183 kasus suspek dan 958 kasus positif dilaporkan pada 1 Januari hingga 30 Oktober. Sebanyak 176 kematian telah dilaporkan di antara kasus postif, sehingga tingkat fatalitasnya mencapai 18,4 persen.

Demam Lassa merupakan penyakit virus akut yang dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh (darah, air liur, urine, atau air mani) dari orang yang terinfeksi. Manusia juga dapat tertular melalui kontak dengan urine atau kotoran hewan pengerat terinfeksi yang membawa penyakit tersebut. Jadi, seseorang bisa tertular melalui paparan makanan atau barang rumah tangga yang terkontaminasi.

Penyakit ini biasanya menyebabkan demam dan gejala seperti flu, tetapi dapat menyebabkan pendarahan melalui hidung, mulut, dan bagian tubuh lainnya. Kebanyakan pasien dapat sembuh total, tetapi penyakit ini juga bisa berakibat fatal. Dijuluki 'sepupu Ebola', demam Lassa endemik di sejumlah negara Afrika Barat.

5. Virus Langya

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia  - Foto 5
India Today

Wabah Langya henipavirus (LayV) dilaporkan berlangsung di China pada Agustus 2022. Kasus mulanya adalah seorang petani wanita berusia 53 tahun di Kota Qingdao yang mengalami demam, sakit kepala, batuk, dan mual setelah berkontak dengan tikus. Virus ini pun dinamai Langya sesuai kampung halaman pasien itu di Shandong.

Virus ini tampaknya tak menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia. Jumlahnya konsisten 35 kasus yang tampaknya tak saling berkaitan. Pada 26 dari 35 kasus yang dilaporkan di China, satu-satunya agen infeksius yang teridentifikasi adalah LayV. Gejalanya meliputi demam, kelelahan, dan batuk. Tak ada kematian akibat LayV yang dilaporkan hingga Agustus 2022.

Infeksi LayV adalah penyakit pernapasan yang telah terbukti ada pada kambing dan anjing. Tikus pun diyakini sebagai spesies inang virus. LayV terkait erat dengan virus Hendra dan virus Nipah. Keduanya menyebabkan infeksi pernapasan yang dapat berakibat fatal dan menunjukkan rendahnya penularan dari manusia ke manusia. Metode penularan yang tepat antara hewan dan dari hewan ke manusia masih belum diketahui.

Varian virus terdekat yang cocok dengan LayV adalah Mojiang henipavirus (MojV). Virus ini ditemukan tahun 2012 pada tikus di China selatan dan bertanggung jawab atas beberapa infeksi pernapasan yang fatal.

6. Gagal ginjal akut

Kaleidoskop 2022: 6 Penyakit yang Gegerkan Dunia, Gagal Ginjal Akut Marak di Indonesia  - Foto 6
BBC

Pada bulan Oktober, dunia digegerkan dengan maraknya gagal ginjal akut pada anak. Kasus ini awalnya terjadi di Gambia yang menyebabkan 69 anak meninggal. Produk sirop obat batuk dari India pun diduga jadi biang keladinya. Tim penyelidik dari WHO menemukan kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam kadar yang tak aman. Pabrik perusahaan farmasi Maiden lantas ditutup sementara.

Tak lama kemudian, masih di bulan yang sama, korban gagal ginjal akut juga berjatuhan di Indonesia. Per 2 November, pemerintah menyatakan total kasus yang diidentifikasi berjumlah 324 anak. Dari total tersebut, 200 di antaranya meninggal dunia.

Kasus gagal ginjal akut pun menurun sejak 18 Oktober saat Kementerian Kesehatan RI menerbitkan edaran agar seluruh nakes dan apotek menyetop sementara penggunaan obat sirop. Serupa dengan Gambia, penyebab kasus gagal ginjal akut di Indonesia diyakini akibat cemaran etilen glikol dan dietilen glikol dengan kadar tinggi pada obat sirop.

Itulah 6 fenomena penyakit yang terjadi pada 2022.[]