AKURAT.CO, Kurang dari sepekan menjelang pertemuan Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 10 Februari mendatang, muncul pernyataan sikap soal potensi boikot Olimpiade Paris 2024. Dinyatakan oleh Menteri Olahraga Polandia, Kamil Bortniczuk, 40 negara bisa membangun koalisi menentang IOC sehubungan dengan posisi atlet Rusia.
Bortniczuk mengatakan bahwa boikot tersebut merupakan respons jika IOC mengizinkan atlet Rusia dan Belarusia bertanding di Olimpiade Paris 2024. Menurutnya, negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris dan Britania Raya, serta Kanada berpeluang mendukung boikot Olimpiade Paris 2024.
“Mempertimbangkan ini saya tidak berpikir kami bakal menghadapi keputusan sulit sebelum Olimpiade (2024) dan, jika kita melakukan boikot, koalisinya akan menjadi bagian dari niat yang cukup luas untuk membuat perhelatan (olimpiade) menjadi tidak bermakna,” kata Bortniczuk sebagaimana dikabarkan BBC.
baca juga:
Pernyataan soal boikot Olimpiade Paris 2024 dari Bortniczuk ini merupakan antisipasi setelah beberapa waktu lalu IOC membuka kemungkinan memberikan izin atlet Rusia dan Belarusia ambil bagian di Olimpiade Paris 2024. Belakangan, IOC memberikan klarifikasi bahwa sanksi terhadap Rusia dan Belarusia sama sekali belum dicabut.
IOC sendiri sempat menyatakan bahwa tidak boleh ada atlet yang dilarang berkompetisi berdasarkan paspornya. Sementara Presiden IOC, Thomas Bach, menganggap bahwa mengizinkan perwakilan Rusia dan Belarusia ke Olimpiade Paris 2024 merupakan bentuk perlindungan terhadap atlet.
Sejauh ini, Polandia tidak sendiri dalam usaha untuk mempertahankan sanksi terhadap Rusia dan Belarusia. Pada Kamis (2/2) lalu, Menteri Olahraga Polandia menyampaikan pernyataan bersama dengan negara-negara di kawasan Eropa Timur lain seperti Latvia, Lithuania, dan Estonia.
“Sebarang usaha dari Komite Olimpiade Internasional untuk membawa kembali atlet Rusia dan Belarusia untuk berkompetisi, bahkan dengan bendera netral, harus ditolak,” kata pernyataan bersama itu.
Sanksi terhadap Rusia dan Belarusia diterapkan tak lama setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan serangan militer ke Ukraina pada akhir Februari tahun lalu. Sejak itu, IOC dan mayoritas organisasi cabang olahraga internasional melarang atlet dari kedua negara itu turut dalam kompetisi mereka.[]