Lifestyle

Jangan Sepelekan Skizofrenia, Risiko Bunuh Diri Bisa Naik Dua Kali Lipat 

Jangan Sepelekan Skizofrenia, Risiko Bunuh Diri Bisa Naik Dua Kali Lipat 
Jangan Sepelekan Skizofrenia, Risiko Bunuh Diri Bisa Naik Dua Kali Lipat  (Facebook FP Model Novi Amelia)

AKURAT.CO  Kabar mengejutkan datang dari Model Novi Amelia. Model dengan nama asli Linda Astuti ini dikabarkan meninggal dunia hanya mengenakan pakaian dalam dengan cara lompat dari lantai 8 Apartemen Kalibata City pada kemarin pagi (16/2).

Novi Amelia diduga melakukan bunuh diri karena depresi. Lantas, teman sekaligus mantan pengacara Novi Amelia, Rendy Anggara Putra, buka suara soal dugaan tersebut.

"Saya nggak tahu soal informasi depresi, karena sudah lama nggak kontak," tanggapan Rendy saat dihubungi awak media, dikuti pada Kamis (17/2). 

baca juga:

Rendy menjelaskan, dulunya Novi Amelia memang sempat didiagnosis mengidap skizofrenia.

"Terakhir dulu memang sempat ada dia gangguan skizofrenia, yang dahulu perkaranya heboh," jelas Randy.

Randy mengungkapkan, sejak tahun 2016, dia sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Novi.

Akan tetapi, Rendy pernah mendapatkan informasi dari rekannya Novi Amnelia bahwa kondisi kesehatan mental sang model berangsur membaik.

 "Setelah selesai, pulang ke Medan, udah nggak lagi. Kata teman-temannya, Novi sudah mulai berubah. Dia sudah ambil beberapa photoshoot juga," ucap Rendy.

Belum ada informasi lebih lengkap dari Psikolog atau Psikiater, yang pernah merawat atau sedang menangani masalah kesehatan jiwa Novi, mengenai hubungan diagnosis skizofrenia dan kejadian bunuh dirinya.

Namun, Skizofrenia bukan penyakit yang bisa disepelekan. Sebab, berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa ini sering dikaitkan dengan risiko bunuh diri sebesar dua hingga tiga kali lipat. 

Bahkan berdasarkan data Dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi skizofrenia di Indonesia sebanyak 6,7 persen per 1000 rumah tangga. Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 persen rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART) pengidap skizofrenia. 

Menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Harum Sisma Medika, Prasila Darwin, keinginan bunuh diri bisa disebabkan oleh gejala utama dari skizofrenia yakni halusinasi. 

“Penderita skizofrenia umumnya akan mengalami halusinasi berupa suara-suara atau bisikan yang membuatnya melakukan itu. Salah satu bisikannya termasuk upaya bunuh diri,” ujar Peasila dalam webinar bersama Johnson and Johnson, dikutip pada Kamis (17/2/2022).

Selain gejala halusinasi, terdapat sejumlah faktor lain yang membuat dorongan bunuh diri berkembang semakin parah dalam diri penderita skizofrenia, yakni:

Faktor Internal

Penderita merasa dirinya tidak berharga akibat menderita skizofrenia. Pikiran negatif yang muncul akibat tahapan penyakit itu sendiri akan memengaruhi pola pikir penderita. 

Terlebih jika dipicu oleh adanya pandangan negatif dari publik tentang kehidupan pribadinya. Belum lagi bila penderita merasa sangat putus asa akan harapannya untuk sembuh dari penyakitnya. 

Akibatnya, mereka pun menolak untuk mengonsumsi obat-obatan yang diberikan dan tidak mengikuti program perawatan yang direkomendasikan oleh psikiater.

Faktor Kesehatan Fisik

Kondisi kesehatan yang memburuk juga sangat memengaruhi. Keinginan untuk bunuh diri pun bisa berlipat ganda bila penderita juga didiagnosis penyakit lain, seperti Parkinson dan Dyskinesia, yaitu gangguan medis berupa gerakan yang tidak terkendali pada lidah, bibir, dan wajah sehingga kemungkinan besar penderita skizofrenia mengalami perundungan.

Faktor Eksternal

Bila penderita mengalami penolakan ataupun kehilangan seseorang yang dicintai, ini pun dapat mencetuskan keinginan bunuh diri. 

Tak hanya itu, memiliki tekanan atau ketidakstabilan dalam keluarga, serta sejumlah riwayat dalam keluarga terkait depresi atau bunuh diri, dan penyalahgunaan narkoba di masa lalu juga dapat memberikan andil besar.

Namun, kika ditemukan kerabat atau anggota keluarga dengan skizofrenia mau bunuh diri, apa yang dapat kami lakukan? 

Prasila mengatakan, sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan pendampingan secara maksimal. 

“Kita harus berperan sebagai pendukung. Selalu awasi apa yang kerabat atau anggota keluarga kita lakukan, agar risiko bunuh diri menjadi minim,” katanya Prasila

Selanjutnya, mengarahkan penderita skizofrenia untuk rutin mengkonsumsi obat, yang sudah direspekan psikater.

“Pengobatan yang dilakukan dengan baik akan sangat ampuh untuk mengembalikan fungsi pasien secara maksimal dan mengurangi kemungkinan buruk dari efek skizofrenia yang dialami, yaitu hilangnya nyawa,” jelas Prasila.

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun. Hubungilah layanan konseling psikologi profesional bila kamu atau ada orang terdekat yang menderita skizofrenia, dan menunjukkan tanda-tanda ingin bunuh diri. 

Kamu juga bisa menghubungi beberapa lembaga untuk berkonsultasi, yakni Yayasan Pulih: (021) 78842580, Hotline Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan: (021) 500454, dan LSM Jangan Bunuh Diri: (021) 9696 9293.