
AKURAT.CO Peneliti Senior Lembaga Demografi fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Omas Bulan Samosir, mengatakan, Indonesia mengalami penurunan fertilitas atau tingkat kelahiran secara konsisten sejak tahun 1971 hingga 2000.
Berdasarkan data yang dimilikinya, tingkat kelahiran turun dari 5,6 anak per perempuan menurut hasil sensus penuduk 1971 menjadi 2,34 menurut sensus penduduk 2000.
"Penurunan tingkat kelahiran di Indonesia kemudian mengalami kemandekan," kata Omas dalam diskusi bulanan Lembaga Demografi FEB UI dengan topik “Dekomposisi Fertilitas” yang disiarkan secara daring, Selasa (31/1/2023).
baca juga:
Adapun, ia menjabarkan 14 provinsi yang mengalami kemandekan penurunan fertilitas pada periode 2000 sampai 2010 di antaranya Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara.
Lebih jauh dia menjelaskan, DKI Jakarta, Yogyakarta dan Jawa Timur sudah memiliki tingkat kelahiran di bawah tingkat pergantian penduduk 2,1 nak per perempuan. Masing-masing 1,81, 1,94 dan 2,00 anak per perempuan," ucapnya.
"Kita perlu menjaga tiga provinsi ini supaya jangan punah," kata dia.
Jika dibiarkan demikian, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI ini menyatakan, pada 2065 hingga 2070 Indonesia akan mengalami penurunan angka kelahiran seperti yang dialami Tiongkok dan Singapura.
"Kita harapkan sudah saatnya memikirkan penurunan itu perlu direm. BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) nanti perannya bukan sebagai lembaga regulator yang tugasnya menurunkan fertilitas, tapi menjaga dan mempertahankan pada tingkat tertentu," ucap dia.
Ia menyebut, ada beberapa faktor yang memengaruhi penurunan fertilitas di Indonesia, di antaranya pola perkawinan, efektivitas kontrasepsi serta ketidaksuburan pada masa menyusui.