News

Jadi Dosen di Prancis hingga Belgia, Ini 7 Fakta Menarik Ayang Utriza Yakin

Jadi Dosen di Prancis hingga Belgia, Ini 7 Fakta Menarik Ayang Utriza Yakin
Potret Ayang Utriza Yakin (instagram/ayang_utriza_yakin)

AKURAT.CO, Di dunia akademik, nama Ayang Utriza memang tidak asing lagi. Dirinya dikenal sebagai salah satu akademisi muslim yang sangat produktif dalam melakukan berbagai kajian Islam. 

Dilansir dari berbagai sumber, AKURAT.CO mengumpulkan sejumlah fakta menarik terkait akademisi Ayang Utriza Yakin. 

1. Demo di pesantren ketika jadi santri

Ketika menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Ngabar, Ponorogo, pria yang juga dipanggil Riza ini sempat melakukan demonstrasi dan mogok belajar selama satu bulan bersama teman satu angkatannya yang menuntut perbaikan pola pendidikan dan keterbukaan dalam sistem keuangan.

baca juga:

Beberapa bulan setelahnya, ia mengaku salah dan mendatangi pengasuh pesantren KH Ibrohim Thoyyib.

Namun, hasil dari demonstrasi tersebut, Pesantren Ngabar akhirnya berbenah dan kini menjadi salah satu pesantren modern populer di Jawa Timur. 

2. Nyantri kalong hingga sarjana di IAIN Jakarta

Selain menjadi santri di Pesantren Ngabar, Riza juga sempat nyantri kalong di Jombang sekitar tahun 1995-1996. Ia menghadiri berbagai kajian di sejumlah pesantren.

Mulai dari Ponpes Darul Falah, Cukir, Jombang; Ponpes Tebu-Ireng; Pesantren Paculgowang; hingga Pesantren Seblak.

Setelah lulus, Riza kemudian melanjutkan kuliahnya di IAIN Jakarta yang sekarang telah berganti nama menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta. Dirinya mengambil jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Kuliah tersebut didapatkan dari beasiswa Kementerian Agama dan Riza lulus pada tahun 2001 dengan gelar Sarja Hukum Islam. 

3. Dari Mesir ke Prancis

Setelah lulus sarjana, Riza meneruskan kuliah S2 Hukum Islam di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo pada pertengahan tahun 2001 dari beasiswa Kementerian Agama.

Namun, baru satu tahun, Riza memutuskan untuk mengundurkan diri dari Al-Azhar dan berupaya untuk meneruskan kuliahnya di Universitas Sorbonne, Prancis, dengan surat rekomendasi pemikir muslim kontemporer Mesir, Hassan Hanafi.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya, Riza diterima kuliah S2 di bidang Sejarah di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) di Prancis pada tahun 2003. 

4. Kuliah di prancis

Studi S2-nya ditempuh dari tahun 2003 hingga 2005 silam.

Sosok kelahiran Jakarta ini mempelajari sejarah, filologi, arkeologi, politik, antropologi, sosiologi, hingga kesusasteraan dengan fokus utama di bidang sejarah yang menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu.

Pada 2005, Riza menyelesaikan kuliahnya dengan gelar DEA dan kembali ke Indonesia sebagai dosen di UIN Jakarta. Di pertengahan tahun 2007, dirinya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah S-3 di EHESS Prancis selama 5 tahun.

Pengalaman studinya ini membuat Riza berhasil menguasai berbagai bahasa seperti, Bahasa Belanda, Bahasa Prancis, Bahasa Jerman, Bahasa Belanda, hingga bahasa Persia. 

5. Sekolah lanjutan di Harvard hingga Oxford

Sejumlah fellowship juga sempat diraih oleh pria kelahiran 1 Juni 1978 ini.

Pada tahun 2012 dirinya berhasil mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi di Oxford Centre for Islamic Studies (OXCIS) di Oxford, Inggris.

Sedangkan pada tahun 2013, Riza juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitan di Islamic Legal Studies Program (ILSP) di Harvard Law School, Universitas Harvard, AS.

Setelah kembali ke Indonesia dan mengajar di UIN, Riza juga sempat mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di sejumlah universitas dunia, seperti di Internasional House Tokyo hingga Universite Catholique de Louvain, Belgia. 

6. Mengajar di Belgia hingga Prancis

Setelah menyelesaikan sejumlah penelitan, Riza akhirnya menerima tawaran untuk mengajar di Universitas Ghent di Belgia sebagai dosen tamu selama tahun 2019 hingga 2022.

Namun di awal 2021, Riza memilih untuk mengundurkan diri dari Universitas Ghent dan bergabung di Institut Ilmu Politik Sciences-Po Bordeuax, Prancis, sebagai peneliti postdoktoral.

Disaat yang sama, dirinya kini juga menjadi dosen di Universitas KU Leuven, Belgia.  

7. Dewan Pertimbangan NU

Sejak tahun 2015 silam, Ayang Utriza juga telah aktif di organisasi masyarakat NU sebagai wakil ketua lembaga takmir masjid (LTM) hingga tahun 2020 silam.

Tak hanya itu, ia juga aktif di NU cabang Belgia.

Hingga kini dirinya juga telah menjadi sukarelawan sebagai salah satu dewan editor di lebih dari 20 jurnal ilmiah di sejumlah kampus Indonesia. []